4. Perbuatan Benar
Perbuatan Benar adalah tidak membunuh, tidak mencuri,
tidak berjinah, dan tidak bermabuk-mabukan. Disamping tindakan pasif untuk
menjauhi perbuatan jahat, kita juga seharusnya secara aktif melakukan perbuatan
baik. Dengan melakukan perbuatan baik akan mengembangkan karakter seseorang,
yaitu pengendalian diri dan kesadaran akan hak orang lain.
Perbuatan menghargai makhluk hidup sekecil apapun akan
menghasilkan buah karma yang baik, bukan karena kebaikan makhluk itu untuk
membalas kita, tetapi karena kebaikan hati nurani kita sendiri yang sanggup
menimbulkan kasih yang setulusnya.
Murid Yang Menolong Semut
Guru Hui-gan yang memiliki waskita mata surgawi [divyacakshu/dibbacakkhu]
merasa sedih sekali pada suatu hari karena mengetahui bahwa muridnya, Li-chang
yang baru berusia 19 tahun harus meninggal satu bulan lagi karena karma buruk
masa lalu yang dibuatnya. Beliau tidak menceritakan hasil penglihatannya
tersebut agar tidak membuat Li-chang bersedih, melainkan menasehatkan muridnya
untuk pulang ke rumah orangtuanya, berkumpul selama 40 hari dengan alasan sudah
lama sekali tidak menjenguk orangtuanya. Dengan demikian diharapkan, Li-chang
dapat menghabiskan hari-hari terakhirnya bersama orangtuanya.
Li-chang mematuhi dan melakukan perjalanan menembus hutan yang memakan
waktu cukup lama juga. Di tengah perjalanan, Li-chang menemukan satu koloni
(berjumlah jutaan) semut terperangkap dalam genangan air dan berada di
tengah-tengah batu yang dikelilingi oleh air banjir. Li-chang dengan sigap dan
spontan mencari dahan kayu yang banyak dan dibuatkan sebagai jembatan, sehingga
seluruh semut berikut telur-telur semut yang belum menetas dapat diseberangkan
ke tempat yang kering oleh para semut pekerja. Sesudahnya, dia melanjutkan
perjalanan lagi pulang ke rumah orangtuanya.
Setelah melewati masa 40 hari sebagaimana ijin yang diperolehnya dari
gurunya, Li-chang kemudian muncul di hadapan gurunya yang terkejut melihat
kedatangannya tanpa kekurangan apapun. Guru Hui-gan mencoba melihat kembali
dengan mata surgawinya dan mendapatkan bahwa muridnya akan hidup sampai umur 91
tahun. Guru Hui-gan menanyakan apa yang telah dilakukannya selama perjalanan
dan juga menjelaskan hasil waskitanya. Li-chang hanya bisa menjawab tidak
melakukan apa-apa. Guru Hui-gan mencoba melihat perjalanan muridnya ini, dan
kemudian menjadi maklum bahwa muridnya telah menolong jutaan makhluk hidup
dengan tulus dan penuh kasih sehingga menggetarkan para Bodhisattva yang
diliputi Kasih Sayang , dimana secara tidak langsung telah memperpanjang
usianya. Guru Hui-gan berucap terima kasih kepada Bodhisattva.
Post a Comment