Gy3ZRPV8SYZ53gDjSFGpi7ej1KCaPY791pMbjB9m
Bookmark
Kalimat apa saja yang anda kehendaki (ketika tersorot oleh kursor)

Namo Buddhaya Empat Kebenaran Mulia Jalan Menuju Pelenyapan Penderitaan

Namo Buddhaya Empat Kebenaran Mulia Jalan Menuju Pelenyapan Penderitaan
Kebenaran Mulia keempat ini merupakan suatu jalan yang ditemukan oleh Sang Buddha dalam mengakhiri penderitaan sehingga mencapai Pembebasan yaitu terlepas dari siklus kelahiran dan kematian. Jalan ini merupakan suatu cara yang menghindari penyiksaan diri yang melemahkan kecerdasan dan juga pemuasan nafsu keinginan rendah yang menghambat kemajuan spiritual seseorang.
Jalan Tengah
Pangeran Siddharta mengalami hidup bergelimang dalam kesenangan di kerajaan ayahndaNya. Setelah dia menolak kehidupan duniawi dan hidup sebagai seorang pertapa di hutan, Beliau menjalankan latihan pertapaan menyiksa pikiran dan badan. Hingga akhirnya pada saat sebelum Beliau memperoleh Pencerahan, disadari bahwa cara pertapaan menyiksa diri tersebut adalah sia-sia belaka. Beliau menyadari, bahwa jalan menuju kebahagiaan dan Pencerahan hanyalah dengan menghindari latihan penyiksaan diri tersebut yang kemudian diuraikan sebagai Jalan Tengah.
Tiga bentuk kehidupan yang dialami oleh Sang Buddha tersebut dapat diumpamakan seperti senar pada kecapi. Senar yang terlalu longgar (dapat diumpamakan hidup yang telalu manja) menghasilkan suara kecapi yang sumbang dan lemah. Apabila senar yang terlalu kencang (dapat diumpamakan hidup menyiksa diri) juga akan menghasilkan suara yang terlalu melengking, lagipula senarnya akan cepat putus. Hanyalah senar yang sedang, dimana tidak terlalu longgar dan tidak terlalu kencang (dapat diumpamakan Jalan Tengah) yang akan menghasilkan suara yang indah dan harmonis.
Oleh sebab itu bagi siapapun yang mengikuti Jalan Tengah dengan menghindari jalan pemanjaan diri terhadap nafsu keinginan maupun jalan penyiksaan diri yang berlebihan, dialah yang akan menemukan kebahagiaan, pikiran yang damai dan Pencerahan. Inilah yang dinamakan Kesunyataan Mulia Keempat; yaitu Jalan menuju pelenyapan penderitaan.
Terdapat berbagai Jalan yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam menuju pelenyapan penderitaan tersebut yang pada dasarnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari Delapan Ruas Jalan Kemuliaan seperti Empat Kondisi Pikiran Sang Buddha Yang Tidak Terbatas, Empat Prasetya, Tri-Laksana, Lima Sila, Sepuluh Perbuatan Bermanfaat, Tujuh Ciri-ciri Bodhi, Tiga Puluh Tujuh Keadaan Menuju Bodhi atau Kebuddhaan, dan Enam Paramitta.
Sang Buddha Bersabda: " Engkau sendirilah yang harus berusaha, para Tathagata hanya menunjukkan `Jalan'. Mereka yang tekun bersemadi dan memasuki `Jalan' ini akan terbebas dari belenggu Mara." (Dhammapada, 276).
Demikianlah kita harus berusaha untuk mencapai Kebebasan diri kita sendiri tanpa harus tergantung kepada bentuk-bentuk luar. Para Tathagata hanya menunjukkan Jalan dan kitalah yang harus menuju arah yang ditunjuk itu, bukan terpaku pada 'telunjuk' Tathagata. Telunjuk dapat merupakan sarana, namun tidak merupakan pemujaan. Sang Buddha mengatakan bahwa Dharma yang sesungguhnya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, dan hanya sesama Yang Tercerahkan yang dapat mengetahuinya.
Kitab Panduan
Pada suatu masa kehidupan dahulu terdapat seorang guru yang kemana-mana selalu memberitakan kebenaran hidup. Semua hal yang telah diberitakan diminta untuk dicatat oleh murid-muridnya. Sehingga kemana-mana kitab kebenaran yang telah dicatat ini selalu menjadi bahan rujukan dalam melakukan segala perbuatan.
Sampai suatu saat, guru dan rombongan muridnya berjalan melintasi jembatan yang di bawahnya melintas arus sungai yang deras. Karena tidak hati-hati, guru tersebut terpeleset dan jatuh ke bawah. Guru tersebut berteriak dengan nyaring meminta pertolongan muridnya, beberapa murid yunior berusaha turun untuk menolong gurunya, namun terdapat beberapa murid senior yang ingat akan wejangan gurunya agar segala perbuatan haruslah merujuk kepada `kitab suci kebenaran' yang telah tercatat, sehingga seorang murid senior sambil membolak-balik `kitab suci' tersebut berteriak kepada gurunya yang sudah hampir tenggelam terbawa arus sungai, "Guru...guru.....sabar.., harap jangan tenggelam dulu, biar saya mencarikan bab pertolongan terhadap guru yang sedang tenggelam di sungai yang deras!" 
Post a Comment

Post a Comment