1. Pandangan Benar
Pandangan Benar sangat penting dan merupakan hal utama
yang harus kita pelajari terlebih dahulu, sebelum mempelajari lebih lanjut
Ajaran Sang Buddha. Seperti proses tahapan dalam sekolah, maka Pandangan Benar
dapat disebut kelas SD, kemudian berlanjut kepada Hukum Sebab Akibat yang dapat
disebut SLTP, lalu pengertian Sunyata
(Kekosongan) yang dapat digolongkan tahap lanjutan atas atau SLTA, kemudian
baru pengembangan Prajna
(Kebijaksanaan) yang dapat dikategorikan sebagai sarjana lengkap.
Terdapat tiga Pandangan Utama yang harus diperhatikan
agar kita selalu berada dalam jalur Pandangan Benar, yaitu :
Pandangan benar terhadap
karma dimana semua makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, lahir dari karmanya
sendiri, dan ahli waris karmanya sendiri.
Pandangan benar terhadap
sepuluh persoalan, yaitu :
·
Kebajikan
tinggi dalam berdana
·
Kebajikan
dalam pemberian yang banyak
·
Kebajikan
dalam pemberian yang sedikit
·
Akibat
dari perbuatan yang buruk dan baik
·
Kebajikan
perbuatan terhadap ibu
·
Kebajikan
perbuatan terhadap ayah
·
Adanya
makhluk yang lahir secara spontan
·
Adanya
dunia ini
·
Adanya
dunia dan alam kehidupan yang lain
·
Adanya
makhluk hidup yang melakukan latihan yang benar dan memiliki pencapaian yang
benar yang dengan usahanya sendiri dalam berbagai kehidupan dan kemudian
mengajarkan Kebenaran kepada makhluk lainnya.
Pandangan benar terhadap Empat Kebenaran
Mulia.
Pandangan benar dalam kenyataan kehidupan modern saat ini
juga mencakup mengenai berbagai pengetahuan yang semestinya kita sadari,
sehingga dapat membuka wawasan kita terhadap berbagai hal yang terjadi di
sekeliling kita.
Katak Dalam Sumur
Ada seekor katak yang seumur hidup tinggal di suatu sumur. Katak tersebut
sangat menyenangi kehidupannya di lingkungan sumur tersebut. Kalau siang hari
yang panas dia berendam di kedalaman sumur, dan di malam hari dia loncat ke
luar sumur, bermain di sekeliling pinggiran sumur. Sampai suatu hari datanglah
seekor kura-kura dari lautan. Katak tersebut dengan bangganya menceritakan
bagaimana senangnya dia menjalani kehidupannya di dalam sumur, dan menawarkan
kura-kura tersebut untuk tinggal di dalamnya.
Kura-kura yang melihat kecilnya sumur tersebut tentu saja menolak, dan
mengatakan bahwa dia senang tinggal di luar sumur, karena dapat menyelami
berbagai lautan dengan berbagai corak kehidupannya. Sang kura-kura menceritakan
berbagai hal-hal menarik di luar sumur yang belum pernah dialami oleh sang
katak. Namun semua cerita kura-kura tersebut dianggap sebagai dongeng yang
tidak masuk akal saja. Sehingga sang katak tidak peduli akan kehidupan di luar
sumur, dan tetap memilih tinggal di sumur kecil kebanggaannya.
Demikian juga sering terjadi dalam kehidupan ini yang
tanpa disadari telah menarik garis-garis pemisah yang menciptakan kotak yang
menutup diri kita sendiri. Memang kehidupan sang katak akan menyenangkan buat
katak itu sendiri, tetapi dengan menceritakan kebahagiaan hidup di sumur kepada
seekor kura-kura yang biasa hidup di lautan luas, akanlah tidak ada artinya.
Demikian juga sebaliknya bagi seekor kura-kura yang menikmati kebahagian hidup
di laut, menceritakan kehidupan tersebut kepada seekor katak di sumur juga
sia-sia adanya. Kita sering terkotak oleh pengetahuan terbatas yang kita
yakini. Buddhadharma tidaklah terbatas, sebagaimana dicontohkan oleh Sang
Buddha dengan segenggam daun ditanganNya dibandingkan dengan daun-daun yang ada
di seluruh hutan. Bagaimana dapat melampaui pengetahuan yang tertulis, itulah yang penting untuk kita raih
dalam kehidupan kali ini. Tentunya dengan suatu Pandangan Benar, maka segala
pengetahuan akan dapat kita alami juga pada akhirnya.
4 comments