Namun dalam keraguanNya itu, muncullah di hadapan Beliau,
Brahma Sahampati dari alam Brahma
dan memohon kepadaNya, "Bangkitlah, O Pahlawan, pemenang dalam pertempuran,
pemimpin iring-iringan, Yang bebas dari hutang, dan berkelana di dunia! Biarlah
Yang Mulia mengajarkan Dharma. Akan ada yang mampu memahami Dharma."
Dengan kebijaksanaanNya yang tinggi, Sang Buddha
memeriksa dunia, Beliau melihat makhluk dengan sedikit dan banyak debu di mata
mereka, dengan kecerdasan yang tajam dan tumpul, dengan sifat yang baik dan
buruk, makhluk yang mudah dan makhluk yang sulit untuk diajarkan Dharma, dan
ada sedikit yang memandang kejahatan dan kehidupan setelah ini dengan
ketakutan, kemudian Beliau menyapa Brahma Sahampati, "Terbukalah bagi mereka Pintu menuju
keabadiaan. Biarlah mereka yang mempunyai telinga bersandar pada keyakinan.
Sadar akan adanya kebosanan, O Brahma, Aku tidak mengajar di antara manusia,
Dharma yang indah dan hebat."
Setelah menerima permintaan untuk mengajarkan Dharma
berulang kali dari Brahma Sahampati, maka akhirnya Sang Buddha berpikir kepada
siapa harus dimulai tugas agung pertama Beliau tersebut. Kemudian Beliau
bermaksud mencari lima pertapa (Kondanna, Bhaddiya, Vappa, Mahanama dan Assaji)
yang pernah menemaniNya dulu dalam cara pertapaan menyiksa diri. Setelah tiba
di Taman Rusa di Benares, maka dengan penampilan Beliau yang demikian hebat
telah memaksa ke lima pertapa untuk memberikan penghormatan. Sesudah meyakinkan
para pertapa yang pada mulanya agak keras kepala untuk dapat menerima Ajaran
Sang Buddha, akhirnya kelima pertama tersebut dapat dibimbing dan diberi petunjuk
oleh Sang Buddha ke dalam bentuk pemahaman bahwa Kebebasan adalah merupakan
pencapaian Nirvana [Nibbana] , yaitu
bebas dari kelahiran, kelapukan, penyakit, kematian, penderitaan, dan nafsu
keinginan.
Dalam khotbah Dharma pertama yang dinamakan Pemutaran
Roda Dharma [Dharmacakra
Pravartana/Dhammacakka Pavattana] , Sang Buddha menjelaskan Jalan Tengah [Madhyama Pratipada/Majjhima Patipada]
yang telah Beliau temukan dimana merupakan intisari Ajaran Beliau. Beliau
mengawali khotbah ini dengan menasihati ke lima pertapa yang waktu itu masih
mempercayai cara bertapa menyiksa diri, agar dapat menghindari kemelekatan pada
nafsu keinginan inderawi yang rendah [kamasukhallikanuyoga]
dan cara bertapa menyiksa diri [attakilamathanuyoga]
karena hal tersebut tidak akan membawa Kedamaian dan Kebebasan.
Manusia sebagai makhluk hidup memang lemah adanya dimana
pada saat kita mati, keempat unsur --tanah, air, api, dan udara-- saling
melebur satu per satu, dan akhirnya menyatu dengan alam semesta. Namun ketika
kita hidup, kita berbagi energi yang mampu melakukan segala-galanya, dari
sehelai rumput sampai menjadi seekor gajah, tumbuh dan hidup, kemudian yang
tidak bisa dihindarkan, tua dan mati. Pemahaman bijaksana akan Kebebasan
merupakan kelahiran yang terakhir sehingga akan bebas dari segala penderitaan.
Buddha
Gautama bersabda : " Ia yang telah
berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, dengan bijaksana dapat melihat
Empat Kebenaran Mulia, yaitu : dukkha, sebab dari dukkha, akhir dari dukkha,
serta Delapan Ruas Jalan Kemuliaan yang menuju pada akhir dukkha. Sesungguhnya
itulah perlindungan yang utama. Dengan pergi mencari perlindungan seperti itu,
orang akan bebas dari segala penderitaan." (Dhammapada, 190 - 192
).
Post a Comment