Anaximander
dari Miletus adalah seorang filsuf Pra-Socrates yang tergabung dalam sekolah
Milesian. Seperti yang ditunjukkan namanya, aliran pemikiran ini berpusat di
kota Miletus di pesisir barat Anatolia, Turki modern. Anaximander adalah satu
dari tiga tokoh terkemuka di sekolah filosofis ini, dua lainnya adalah Thales
dan Anaximenes, yang sebelumnya sering dianggap sebagai guru Anaximander.
Anaximander
juga dikenal sebagai murid dari Thales. Setelah berguru ke Thales ia kemudian
menjadi seorang guru dan mengajar banyak murid. Beberapa diantaranya adalah
Anaximenes dan Pythagoras. Ia dianggap sebagai seorang filsuf yang menjembatani
pemikiran Thales ke Pythagoras. Diduga Pythagoras memahami pemikiran-pemikiran
Thales melalui Anaximander.
Telah
ditunjukkan bahwa ketiga filsuf awal ini memiliki pandangan yang cukup berbeda
mengenai kebanyakan subjek, dan pengelompokan mereka didasarkan pada kenyamanan
geografis dan bukan pada pendapat bersama. Meskipun demikian, mungkin juga
dikatakan bahwa para filsuf ini berfokus pada pertanyaan tentang alam
(misalnya, apa substansi esensial alam semesta?) Yang memungkinkan mereka
dikelompokkan bersama.
Anaximander
adalah orang pertama yang menggunakan gnomon, yaitu tongkat penunjuk waktu yang
ditancapkan ke tanah dengan memanfaatkan bayangan matahari kipas teknik ini
jadi dasar terciptanya piringan matahari (sundial) yang tahan menentukan waktu.
Pandangan Filosofis Anaximander
Meski
banyak perdebatan apakah Anaximander langsung diajarkan oleh Thales, sudah
pasti ia dipengaruhi oleh filosofinya gurunya tersebut. Seperti Thales,
Anaximander juga mencari sumber segala sesuatu. Namun dia menolak pandangan
Thales bahwa arche ini adalah air, namun lebih mengemukakan gagasannya tentang
apa sumbernya ketimbang bagaimana sumbernya. dan menurut Anaximandros sumber
itu adalah apeiron atau tidak terbatas.
Dalam
kosmogoni-nya, dia menganggap bahwa segala sesuatu berasal dari apeiron
("tak terbatas," tidak terbatas, "atau" tidak pasti
"), dan bukan dari elemen tertentu, seperti air (seperti yang telah
dipegang Thales). Anaximander mendalilkan gerak kekal, bersama dengan apeiron,
sebagai penyebab asal dunia. Gerakan (mungkin rotary) ini menyebabkan
kebalikan, seperti panas dan dingin, untuk dipisahkan satu sama lain seiring
terbentuknya dunia. Namun, dunia tidak abadi dan akan hancur kembali ke
apeiron, dari mana dunia baru akan lahir. Dengan demikian, semua hal yang ada
harus "membayar hukuman dan retribusi satu sama lain atas ketidakadilan
mereka, sesuai dengan disposisi waktu," karena ia secara kiasan
mengungkapkannya.
Mengajar Pytaghoras
Pemikiran
Thales tidak secara langsung dapat diketahui oleh Pythagoras. Diduga Pythagoras
memahami pemikiran-pemikiran Thales lewat Anaximander. Menurut legenda, ayah
Pythagoras saat Pythagoras masih berusia 18 tahun. Pamannya cari perak dan
surat pengantar, dan kirimnya untuk belajar di filsuf Pherecydes yang tinggal
di pulau Lesbos (asal kata lesbian).
Pherecydes
mengenalkan ajaran tentang hidup abadi (immortality) dan reinkarnasi kepada
Pythagoras. Isi kemudian menjadi sahabat karib, namun Pythagoras tidak lama
tinggal di Lesbos. Pada usia 20 tahun, Pythagoras ditinggalkan Lesbos dan
melakukan perjalanan ke Miletus dan menimba ilmu di sini yaitu di bawah
bimbingan Anaximander.
Ada
versi lain yang menyebut pada saat itu Pythagoras belajar langsung di bawah
bimbingan Thales, tapi mengingat perbedaan antara keduanya, hipotesis ini bisa
terjadi. Thales meninggal tahun 550 S.M sedang. Pythagoras lahir pada tahun 589
S.M, dimana yang sudah tua dan masih ada lagi. Banyak kemungkinan selama
Miletus, Pythagoras belajar dari Anaximander. Tidak lama tinggal di Miletus,
Pythagoras dikurangi perjalanan menuju Mesir.
Post a Comment