Ketika seseorang sedang bahagia dan bersuka cita, dia cenderung menilai
hidup ini menyenangkan. Tetapi jika seseorang sedang menderita, maka dia akan
menilai hidup ini sangat sulit, sehingga dia akan mulai mencari alasan dan cara
untuk menanggulangi kesulitan tersebut.
Kita cenderung bertanya, kenapa ada yang dilahirkan miskin dan menderita,
sedangkan yang lainnya dilahirkan dalam berbagai keberuntungan. Kita merasa
tidak mampu untuk bisa hidup sebagaimana yang diidamkan, yaitu mengalami hidup
yang selalu bahagia. Sebagian orang percaya bahwa ini karena nasib, kesempatan,
atau suatu kekuasaan yang tidak kelihatan diluar pengendalian kita. Akibatnya
kita cenderung menjadi bingung dan putus asa. Bagaimanapun Sang Buddha mampu
menjelaskan kenapa ada orang yang dilahirkan berbeda keadaannya, dan kenapa
sebagian orang lebih beruntung dalam menjalani kehidupan dari yang lainnya.
Karma berasal dari kata Sanskerta [Pali; kamma] yang berarti tindakan, pekerjaan atau perbuatan. Setiap
perbuatan, ucapan atau pikiran yang dilakukan dengan suatu tujuan atau niat
dapat disebut karma. Karma berarti suatu kehendak atau niat [cetana] yang baik [kusala] dan buruk [akusala].
Setiap tindakan yang kita lakukan apabila berdasarkan suatu niat maka akan
menciptakan karma.
Sang Buddha bersabda :"Aku nyatakan, O para Bhikkhu, bahwa niat [cetana]
itulah Kamma, dengan niat seseorang bertindak melalui badan jasmani, ucapan dan
pikiran." (Anguttara Nikaya III,I-117).
Dengan kata lain, Karma merupakan suatu hukum moral sebab-akibat, suatu
hukum alam dimana menjelaskan bahwa setiap tindakan akan membuahkan hasil
tindakan tertentu atau buah karma [karma
vipaka] . Sehingga apabila seseorang melakukan perbuatan mulia seperti
memberikan sumbangan kepada suatu yayasan kemanusiaan, maka dia akan merasakan
kebahagiaan. Sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu perbuatan yang tercela,
misalnya membunuh makhluk hidup, maka dia akan merasakan penderitaan. Sehingga
dapat disimpulkan, akibat dari perbuatan karma sebelumnya menentukan keberadaan
orang tersebut pada kehidupan saat ini. Karma dapat dikategorikan menurut
matangnya, yaitu karma yang matang pada kehidupan ini, karma yang matang pada
kehidupan berikutnya dan karma yang matang pada beberapa kehidupan yang akan
datang.
Sang Buddha bersabda : " Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama
buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatan jahatnya
telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk. Pembuat kebajikan
hanya melihat hal yang buruk selama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi
bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya
yang baik." (Dhammapada, 119 - 120 ).
Tiga komponen yang merupakan pelaku utama karma adalah tubuh fisik, ucapan
dan pikiran. Contoh karma yang dilakukan oleh tubuh fisik, yaitu membunuh,
mencuri dan berjinah. Contoh karma yang dilakukan oleh ucapan, yaitu berbohong,
membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat, memfitnah dan berbicara kasar.
Sedangkan contoh karma yang dilakukan oleh pikiran adalah keserakahan,
kebencian dan khayalan. Karma dapat dibedakan atas karma yang bermanfaat, karma
yang tidak bermanfaat dan karma yang bukan bermanfaat maupun tidak bermanfaat.
Akibat dari karma buruk adalah tumimbal lahir di tiga alam penderitaan
(neraka, hantu kelaparan dan binatang). Contoh karma buruk yang dapat
menyebabkan seseorang terlahir di alam neraka antara lain: membunuh orangtua
kandung, membunuh orang suci/ Arahat/ Bodhisattva, dan melukai Buddha.
Sedangkan akibat dari karma baik adalah tumimbal lahir di alam manusia atau
surga. Sedangkan para Buddha, Arahat dan Bodhisattva yang sudah mencapai
Pencerahan Sempurna memperoleh karma tidak bergerak, namun Bodhisattva yang
karena welas-asihnya untuk menyeberangkan semua makhluk yang menderita dapat
saja bertumimbal lahir lagi di alam manusia .
Sebab utama timbulnya karma adalah karena ketidak-tahuan [avidya/avijja] atau ketidak-mampuan
untuk memahami segala sesuatu sebagaimana adanya. Nafsu keinginan [tanha] juga merupakan akar timbulnya karma.
Perbuatan seseorang walaupun dilandasi oleh tiga akar kebajikan yaitu
kedermawan [alobha], kehendak baik [adosa] dan pengetahuan [amoha], tetap dapat dianggap sebagai
karma karena dua unsur penyebab karma yaitu ketidak-tahuan dan keinginan masih
melekat dalam dirinya. Hanya perbuatan baik dari Jalan Kesadaran [maggacitta] yang dapat dipandang sebagai
proses untuk menghancurkan akar sebab-akibat karma tersebut.
Post a Comment