Terdapat dua Kebenaran yang harus disadari dalam Ajaran Sang Buddha yaitu
Kebenaran Duniawi [Sammati-satya/Sammuti-sacca]
dan Kebenaran Tertinggi/Akhir [Paramartha-satya/Paramattha-sacca].
Nagarjuna yang merupakan peletak dasar doktrin Sunyata dalam sekte Madhyamaka pada pertengahan abad kedua, mengatakan, "Ajaran Sang Buddha didasarkan atas dua Kebenaran, yaitu Kebenaran Duniawi (Sammuti-sacca/Sammati-satya) dan Kebenaran Tertinggi/Akhir (Paramattha-sacca/Paramartha-satya). Mereka yang tidak mengerti perbedaan antara dua Kebenaran ini tidak akan mmahami arti yang mendalam dari Ajaran Sang Buddha."
Nagarjuna yang merupakan peletak dasar doktrin Sunyata dalam sekte Madhyamaka pada pertengahan abad kedua, mengatakan, "Ajaran Sang Buddha didasarkan atas dua Kebenaran, yaitu Kebenaran Duniawi (Sammuti-sacca/Sammati-satya) dan Kebenaran Tertinggi/Akhir (Paramattha-sacca/Paramartha-satya). Mereka yang tidak mengerti perbedaan antara dua Kebenaran ini tidak akan mmahami arti yang mendalam dari Ajaran Sang Buddha."
Kebenaran Duniawi adalah merupakan suatu persepsi atas kebenaran umum
dimana segala sesuatu adalah sungguh-sungguh ada karena secara langsung
dirasakan dan diperkuat oleh bukti-bukti ilmiah.
Sedangkan Kebenaran Akhir dapatlah diidentikkan dengan Kekosongan [Sunyata/Sunnata]. Kebenaran Akhir ini tidak menerima adanya perbedaan subyek dan obyek dimana tidak berasal-mula dan tidak hancur.
Kebenaran Akhir tidak dapat diuraikan dengan kata-kata dan tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berhubungan dengan hal yang transendental dimana hanya dapat direalisasikan oleh diri sendiri, sehingga tidak dapat dijelaskan atau ditransfer oleh seseorang kepada orang lain.
Tanpa adanya kesadaran perbedaan terhadap kedua Kebenaran tersebut maka akan sulit sekali dapat menyelami hakikat yang dalam dari Ajaran Sang Buddha.
Sedangkan Kebenaran Akhir dapatlah diidentikkan dengan Kekosongan [Sunyata/Sunnata]. Kebenaran Akhir ini tidak menerima adanya perbedaan subyek dan obyek dimana tidak berasal-mula dan tidak hancur.
Kebenaran Akhir tidak dapat diuraikan dengan kata-kata dan tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berhubungan dengan hal yang transendental dimana hanya dapat direalisasikan oleh diri sendiri, sehingga tidak dapat dijelaskan atau ditransfer oleh seseorang kepada orang lain.
Tanpa adanya kesadaran perbedaan terhadap kedua Kebenaran tersebut maka akan sulit sekali dapat menyelami hakikat yang dalam dari Ajaran Sang Buddha.
“Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya” -Buddha
Sri Buddha dan juga para ahli Abhidhamma yang diskusi-diskusi mereka berdasarkan pada pengajaran Sri Buddha, secara pasti mengatakan bahwa Kebenaran Sejati/Mutlak tidaklah lebih tinggi dari Kebenaran Konvensional/Relatif dan tidak ada perbedaan dalam tingkat antara keduanya.
Yang paling penting, kedua Kebenaran ini dapat digunakan untuk mencapai pemahaman mendalam dan mengikuti jalan menuju Pencerahan. Sri Buddha telah menggunakan kedua Kebenaran ini dalam pengajaran-Nya tergantung pada kemampuan intelektual dari para pendengar.
Menurut ajaran Buddha, kebenaran itu satu dan tiada duanya. Kebenaran yang satu itu merupakan kebenaran yang tidak diperdebatkan oleh siapapun. Misalnya, setiap orang tidak ingin hidup menderita adalah sebuah kebenaran yang tidak dipungkiri dan dibantah siapapun. Orang miskin-kaya, pria-wanita, tua-muda, cantik-jelek semua ingin bebas dari derita batin maupun fisik. Ini merupakan contoh kebenaran yang diungkapkan dalam ajaran Buddhis.
Post a Comment