Buddhisme Mahayana mengenal
adanya konsep Tri-Kaya (Tiga Rangkap
Tubuh) sebagai suatu pengertian yang bersifat transenden, yaitu melampaui
hal-hal keduniawian. Pengertian Tri-Kaya ini hanya dapat dipahami secara
intuisi dan sebenarnya dapat pula tercermin dalam diri kita sendiri sebagai
suatu benih Kebuddhaan yang bersemayam di alam kesadaran ke-8 atau alayavijnana atau biasa disebut juga Tathagatagarbha.
Tri-Kaya dapat dibagi menjadi Dharma-Kaya,
Sambhoga-Kaya dan Nirmana-Kaya.
Dharma-Kaya
Dharma-kaya yang merupakan sumbernya Dharma dan lambang kesunyataan sebagai suatu hakikat yang hakiki
tanpa bentuk dan warna, senantiasa memenuhi seluruh alam semesta dan tidak
dapat diungkapkan ataupun diuraikan dengan kata-kata.
Umat Buddha Mahayana mempermudah
perwujudan Dharma-Kaya ini dalam
bentuk rupang Buddha sebagai obyek pemujaan, obyek untuk konsentrasi dan
pencurahan bhakti. Dhama-Kaya ini
diwakili oleh Buddha Amitabha
sebagai Dhyani Buddha. Sedangkan
dalam Tantrayana, Dharma-Kaya
dianggap sebagai suatu perwujudan dari Sang
Adi Buddha yang dapat dipandang sebagai suatu sifat Yang Mutlak atau Yang
Senantiasa Berada Di Segala Tempat (Omnipresent).
Sambhoga-Kaya
Sambhoga-Kaya merupakan Sinar Agung yang terpancar dari tubuh Sang
Buddha dan merupakan manifestasi sifat dasar Buddha yang dimiliki oleh Yang
Telah Mencapai Penerangan Sempurna [Samyaksambodhi/Sammasambodhi]
atau Bodhisattva yang telah mencapai bhumi tingkat ke-10. Sambogha-Kaya berwujud sebagai kekuatan
atau cahaya yang hanya dapat dirasakan secara rohani, diwujudkan dalam bentuk
simbol dari kelahiran dan kematian.
Dalam Suvarnaprabhasa dan Abhisamayalankara-karika dijelaskan
bahwa Sambhoga-Kaya adalah suatu
tubuh yang sangat halus dari Buddha, diberkahi dengan semua tanda dari mahapurusa dan umumnya dianggap oleh
Buddha untuk memberikan kebenaran yang lebih tinggi termasuk kebenaran
metafisika kepada para Bodhisattva yang telah sangat maju.
Umat Buddha Mahayana mempermudah
perwujudan sifat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang merupakan sifat dasar Buddha
dalam bentuk Sambhoga-Kaya yang
diwakili oleh Bodhisattva
Avalokistesvara sebagai Dhyani
Bodhisattva.
Baca Juga: Dharma Kemuliaan
Nirmana-Kaya
Nirmana-Kaya merupakan perwujudan dari Sang Buddha dalam usaha
melaksanakan misinya kepada manusia dalam bentuk badan jasmani yang kita lihat
sebagai perwujudan dari Siddharta Gautama, dengan 32 tanda seorang Manusia
Agung [Dvatrimsam mahapurusa laksanani/
Dvattimsa mahapurisa lakkhanani] yang dicapai oleh Sang Buddha dalam
beberapa kehidupan Beliau sebelumnya karena telah mentaati dan menjalankan paramita secara sempurna.
Dalam Mahapadana Sutta, Digha Nikaya I yang merupakan bagian
dari Sutta Pitaka, tercatat ketika
Buddha Gautama berada di Kareri-kuti
di Jetavana Arama yang dibangun oleh Anathapindika, telah menguraikan
kehidupan lampau dan kelahiran Sang Buddha dengan 32 tanda seorang Manusia
Agung, yaitu :
Telapak kaki yang rata [suppatithita-pado]
Telapak kaki yang bercirikan suatu roda dengan seribu
jeruji [Utsanga pado]
Bentuk tumit yang bagus [ayatapanhi]
Jari-jari yang panjang [dighanguli]
Tangan dan kaki yang lembut dan halus [mudutaluna]
Tangan dan kaki yang bagaikan jala [jalahattha-pado]
Tulang pergelangan kaki yang seperti kulit kerang [ussankha-pado]
Paha yang seperti raja rusa jantan [enijanghi]
Tangan yang mencapai ke bawah lutut
Alat tubuh rahasia lelaki yang terbungkus oleh selaput [kosohita-vatthaguyho]
Warna kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas
Kulitnya sangat licin sehingga tidak ada debu yang dapat
melekat di tubuhnya
Dari setiap pori-pori di kulitnya ditumbuhi sehelai
rambut
Rambut yang berwarna biru kehitam-hitaman bertumbuh
keriting ke atas, berbentuk lingkaran kecil dengan arah berputar ke kanan
Potongan tubuh yang agung [brahmujju-gatta]
Tujuh otot yang kuat [sattussado]
Dada yang bagaikan dada singa [sihapubbaddha kayo]
Di kedua bahunya tidak ada lekukan
Potongan tubuhnya bagaikan pohon beringin [Nigrodha], tinggi tubuhnya sama dengan
rentangan kedua tangannya begitu pula sebaliknya.
Bahu yang sama lebarnya [samavattakkhandho]
Indria perasa yang sangat peka [rasaggasaggi]
Rahang yang bagaikan rahang singa [sha-banu]
Empat puluh buah gigi
Gigi yang sama rata [sama-danto]
Gigi yang tetap [avivara-danto]
Gigi yang putih bersih
Lidah yang panjang dan lebar [pahuta-jvha]
Suara bagaikan suara brahma yang seperti suara burung Karavika
Mata yang biru tua [Abhinila]
Bulu mata yang penuh seperti bulu mata raja sapi jantan [gopakhumo]
Di antara alis matanya tumbuh sehelai rambut halus, putih
bagaikan kapas yang lembut [urna]
Memiliki kepala yang bagaikan kepada bersurban [unhisasiso]
Post a Comment