Panca Dhyani Buddha
Buddhisme Mahayana menerapkan
suatu metode yang mudah dimengerti oleh para umat awam, sehingga pemahaman
Ajaran Sang Buddha dapat dijalankan sesuai dengan kesanggupan dan kecocokan
seseorang [upaya-kausalya], melakukan
berbagai pemujaan terhadap Dhyani Buddha,
Dhyani Bodhisattva, dan Manussi Buddha yang masing-masing berjumlah lima,
dimana erat kaitannya atau merupakan realisasi dalam bentuk pemujaan dengan
konsep Tri-Kaya.
Panca Dhyani Buddha yang merupakan perwujudan dari Dharma-Kaya, dan Panca Dhyani
Bodhisattva yang merupakan perwujudan dari Sambhoga-Kaya, dan Panca
Manussi Buddha yang merupakan perwujudan dari Nirmana-Kaya dipercayai senantiasa bertugas secara berpasangan
dalam suatu kurun waktu tertentu [kalpa]
. Untuk era kehidupan saat ini, adalah Buddha
Amitabha sebagai Dhyani Buddha [Dharma-Kaya], Bodhisattva Avalokitesvara sebagai Dhyani Bodhisattva [Sambhoga-Kaya],
dan Buddha Sakyamuni (Gautama)
sebagai Manussi-Buddha [Nirmana-Kaya].
Dhyani Buddha sesuai dengan esensi, tugas dan fungsinya sebagai Dharma-Kaya dapat memancarkan energinya
membentuk tubuh yang lebih aktif, yaitu Dhyani
Bodhisattva sebagai perwujudan dari Sambhoga-Kaya
dimana Dhyani Bodhisattva inilah yang
berperan dalam dunia ini. Demikian juga Dhyani
Bodhisattva bisa mengambil wujud manusia [Nirmana-Kaya] untuk menyebarkan Dharma, seperti Siddharta Gautama. Konsep Tri-Kaya dan manifestasinya dalam bentuk
Dhyani Buddha, Dhyani Bodhisattva, dan Manussi
Buddha dapat juga ditemui dalam naskah Guna
Karanda Vyuha Sutra.
Sebagai pengikut Ajaran Sang Buddha, kita tidaklah harus terperangkap dalam
perwujudan bentuk dan sifat Sang Buddha tersebut yang mana seharusnya kita
hayati juga sebagai suatu hubungan sebab akibat [PatticcaSamuppada], dimana yang satu ada maka yang lain ada. Sang
Buddha bersabda "Kebenaran yang sebenarnya adalah Hukum Sebab Akibat. Tanpa
menyadari kebenaran pokok tersebut, maka orang akan menjadi rumit seperti
sebuah bola benang yang kusut, tidak mampu untuk menghentikan penderitaan dan
kelahiran kembali."
Kita haruslah mampu melihat bahwa Buddha yang sejati adalah Penerangan
Sempurna sehingga janganlah dilihat dari perwujudan dan sifatNya semata-mata.
Dan sesungguhnya Buddha sejati tersebut tidak mempunyai bentuk dan sifat, namun
Sang Buddha dapat menciptakan diriNya dalam segala bentuk dan sifat yang serba
luhur .
Buddha Gautama bersabda: "Sekarang Aku ingat, Ananda, ketika Aku masuk ke dalam
kumpulan orang-orang penting, orang-orang religius, perumahtangga, orang-orang
dari kepercayaan lain, dan beragam dewa; sebelum Aku duduk dan berbicara kepada
mereka, Aku mengubah diriKu sendiri menjadi seperti mereka, berbicara seperti
mereka. Tatkala Aku telah selesai membabarkan Ajaran, mereka sangat gembira.
Namun, mereka tidak mengetahui siapa Aku, bahkan setelah Aku tiada!" (Mahaparinibbana-sutta).
Post a Comment