Meditasi adalah suatu proses refleksi dan relaksasi. Proses relaksasi ini juga meningkatkan aliran darah dalam tubuh dan memberikan beragam manfaat untuk tingkat psikologis. Ini membantu penurunan kecemasan, perubahan suasana hati, depresi, dan iritasi sehingga membuat Anda bebas stres.
Dalam agama Buddha kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari semadi (samadhi) dan pengembangan batin (bhavana). Tradisi meditasi sudah dikenal pada zaman sebelum Buddha Gotama.
Buddha sendiri menyatakan bahwa ia mendapat pelajaran dari dua orang brahmana yang terkenal yaitu Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta, dan Gotama dapat menguasai semua teknik yoga hingga berhasil mencapai konsentrasi tingkat tertinggi menyamai sang guru. Semadi benar didefinisikan sebagai pikiran yang baik, yaitu kesadaran (citta) dan corak batin (cetasika) yang baik, terpusat dengan mapan pada satu objek.
Dalam kehidupan modern saat ini, banyak sekali terjadi kesalahan pemakaian obat terlarang dengan tujuan untuk menenangkan pikiran yang pada akhirnya sering menyebabkan ketagihan sehingga mendatangkan berbagai malapetaka.
Selain harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit hanya untuk memperoleh ketenangan pikiran yang sebentar tersebut, juga menyebabkan seseorang itu terperosok dalam jurang kebodohan batin yang akan menyeretnya kepada penderitaan yang berkepanjangan.
Perlu dipahami juga, terdapat sementara orang yang salah mengerti mengenai
tujuan meditasi yang dipandang sebagai memperoleh ilmu waskita atau kekuatan
bathin [iddhi] semata-mata, seperti
penglihatan tidak terbatas [clairvoyant/dibba-cakku]
dan pendengaran tidak terbatas [clairaudience/dibba-sota].
Memang kebolehan seperti itu dapat muncul apabila seseorang telah mencapai tataran alam tertentu dalam samadhi, namun perlu kita sadari bahwa kebolehan seperti ini masih berada pada tataran alam yang sangat rendah.
Tanpa bimbingan seorang Guru Sejati, sering akhirnya seseorang itu tersesat pada kebolehan semacam itu sehingga menyombongkan kebolehannya yang dapat mengakibatkan orang tersebut akhirnya terperosok dalam jurang kebodohan batin.
Dengan makin berkembangnya ilmu teknologi saat ini, maka seharusnya kitapun perlu menyadari bahwa kebolehan semacam itu sama sekali tidak perlu dibanggakan lagi, apalagi dengan adanya dunia internet maka dalam sekejab saja semua orang juga bisa melakukan penglihatan, pembicaraan, dan pendengaran yang tidak terbatas.
Dalam agama Buddha kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari semadi (samadhi) dan pengembangan batin (bhavana). Tradisi meditasi sudah dikenal pada zaman sebelum Buddha Gotama.
Buddha sendiri menyatakan bahwa ia mendapat pelajaran dari dua orang brahmana yang terkenal yaitu Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta, dan Gotama dapat menguasai semua teknik yoga hingga berhasil mencapai konsentrasi tingkat tertinggi menyamai sang guru. Semadi benar didefinisikan sebagai pikiran yang baik, yaitu kesadaran (citta) dan corak batin (cetasika) yang baik, terpusat dengan mapan pada satu objek.
Dalam kehidupan modern saat ini, banyak sekali terjadi kesalahan pemakaian obat terlarang dengan tujuan untuk menenangkan pikiran yang pada akhirnya sering menyebabkan ketagihan sehingga mendatangkan berbagai malapetaka.
Selain harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit hanya untuk memperoleh ketenangan pikiran yang sebentar tersebut, juga menyebabkan seseorang itu terperosok dalam jurang kebodohan batin yang akan menyeretnya kepada penderitaan yang berkepanjangan.
Sangat disayangkan apabila generasi muda saat ini mengabaikan dan
menganggap remeh ajaran kuno meditasi yang telah dikenal dalam sejarah manusia
sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, dimana ketenangan pikiran yang terbentuk
dari latihan meditasi ini akan selamanya tumbuh bersama dalam latihan spiritual
kita tanpa perlu mengeluarkan biaya sama sekali.
Dalam kehidupan saat ini, dapat dirasakan manfaat yang besar dalam meditasi
misalnya untuk pelajar akan lebih mudah berkonsentrasi pada mata pelajaran
sekolah, untuk yang bekerja tentunya akan menjadi lebih produktif, ibu rumah
tangga akan menjadi lebih sabar, untuk para politikus yang sering melakukan
meditasi akan menghasilkan keputusan pemerintahan yang arief dan bijaksana, dan
bagi para rohaniawan akan menjadi lebih bijaksana, tenang dan senantiasa
menyatu dalam jati diri sejati, alam semesta dan Yang Maha Kuasa.
Demikian juga kepada para pecandu narkotika dan orang-orang yang mengalami
tekanan jiwa yang sulit disembuhkan, telah terbukti banyak terapi penyembuhan
melalui meditasi tersebut dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Di negara-negara tertentu, kegiatan meditasi telah dijadikan kegiatan rutin setiap hari terhadap para narapidana yang berdiam di dalam lembaga kemasyarakatan (penjara).
Hasil yang diperoleh ternyata sangat menggembirakan khususnya dalam membina para terpidana untuk mempersiapkan mereka kembali ke masyarakat dengan kebaikan budi pekerti dan moralitas yang tinggi.
Bagaimanapun kita tidaklah perlu menunggu sampai menderita tekanan jiwa atau masuk penjara untuk belajar meditasi, tentunya lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada bayah kuyup di tengah kehujanan.
Di negara-negara tertentu, kegiatan meditasi telah dijadikan kegiatan rutin setiap hari terhadap para narapidana yang berdiam di dalam lembaga kemasyarakatan (penjara).
Hasil yang diperoleh ternyata sangat menggembirakan khususnya dalam membina para terpidana untuk mempersiapkan mereka kembali ke masyarakat dengan kebaikan budi pekerti dan moralitas yang tinggi.
Bagaimanapun kita tidaklah perlu menunggu sampai menderita tekanan jiwa atau masuk penjara untuk belajar meditasi, tentunya lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada bayah kuyup di tengah kehujanan.
Memang kebolehan seperti itu dapat muncul apabila seseorang telah mencapai tataran alam tertentu dalam samadhi, namun perlu kita sadari bahwa kebolehan seperti ini masih berada pada tataran alam yang sangat rendah.
Tanpa bimbingan seorang Guru Sejati, sering akhirnya seseorang itu tersesat pada kebolehan semacam itu sehingga menyombongkan kebolehannya yang dapat mengakibatkan orang tersebut akhirnya terperosok dalam jurang kebodohan batin.
Dengan makin berkembangnya ilmu teknologi saat ini, maka seharusnya kitapun perlu menyadari bahwa kebolehan semacam itu sama sekali tidak perlu dibanggakan lagi, apalagi dengan adanya dunia internet maka dalam sekejab saja semua orang juga bisa melakukan penglihatan, pembicaraan, dan pendengaran yang tidak terbatas.
Negara Barat yang sudah jenuh dengan berbagai kehidupan yang mengacu kepada
kapitalisme dan liberalisme dimana pada akhirnya menimbulkan berbagai efek
kemerosotan batin, telah mulai menoleh berbagai kebudayaan Timur, khususnya
ilmu menenangkan batin seperti meditasi.
Tidaklah mengherankan apabila dari berbagai situs jaringan yang dapat dijumpai dalam internet, terdapat banyak sekali perkumpulan meditasi di berbagai negara yang menawarkan suatu pusat kegiatan meditasi, ataupun pertemuan rutin dalam acara retreat di tempat-tempat tertentu selama beberapa hari, hanya untuk melepaskan diri dari kejenuhan atas berbagai kegiatan keduniawian.
Tidaklah mengherankan apabila dari berbagai situs jaringan yang dapat dijumpai dalam internet, terdapat banyak sekali perkumpulan meditasi di berbagai negara yang menawarkan suatu pusat kegiatan meditasi, ataupun pertemuan rutin dalam acara retreat di tempat-tempat tertentu selama beberapa hari, hanya untuk melepaskan diri dari kejenuhan atas berbagai kegiatan keduniawian.
Memilih Metode Meditasi
Berbagai metode meditasi yang dikenal oleh berbagai agama ataupun ajaran
spiritual yang berkembang dewasa ini, pada dasarnya mengandung nilai yang sama
untuk membantu mengembangkan pikiran tenang yang terkonsentrasi dengan memahami
Kebenaran yang melandasinya.
Dengan pikiran yang terkonsentrasi ini kita akan mampu mengawasi segala nafsu keinginan, senang dan benci, susah dan sedih, menyadari bahwa semua itu tidak kekal adanya, penuh penderitaan dan tanpa inti adanya.
Dengan pikiran yang terkonsentrasi ini kita akan mampu mengawasi segala nafsu keinginan, senang dan benci, susah dan sedih, menyadari bahwa semua itu tidak kekal adanya, penuh penderitaan dan tanpa inti adanya.
Apabila kita ingin berlatih meditasi, maka kita harus mampu juga untuk
memilih salah satu metode meditasi yang cocok dengan kepribadian kita.
Metode yang cocok ini dapat diukur dari munculnya kebijaksanaan dan ketenangan batin kita setelah belajar metode meditasi tersebut. Sebaiknya berbagai metode meditasi yang sekarang banyak dijabarkan dalam bentuk buku bacaan tersebut dapat dilakukan dengan bimbingan seorang guru yang memang telah diketahui berpengalaman dalam meditasi.
Berikut akan diuraikan sekilas berbagai metode meditasi yang diketahui pada umumnya.
Metode yang cocok ini dapat diukur dari munculnya kebijaksanaan dan ketenangan batin kita setelah belajar metode meditasi tersebut. Sebaiknya berbagai metode meditasi yang sekarang banyak dijabarkan dalam bentuk buku bacaan tersebut dapat dilakukan dengan bimbingan seorang guru yang memang telah diketahui berpengalaman dalam meditasi.
Berikut akan diuraikan sekilas berbagai metode meditasi yang diketahui pada umumnya.
Buddhisme Mahayana mengembangkan
empat metode meditasi sebagaimana tersebut dalam ajaran Yogacara, Lankavatara Sutra, yaitu :
Balopacarika
Dhyana, yaitu meditasi
yang dilakukan oleh Sravaka dan Pratyekabuddha dengan merenungkan
tentang Ketidakkekalan dari sifat ke-aku-an.
Artapravicaya
Dhyana, yaitu meditasi
yang dilaksanakan oleh para Bodhisattva
yang telah mengerti hakekat Keberadaan dari alam semesta.
Tathatalambana
Dhyana, yaitu meditasi
yang terdiri dari pengkajian atas Keberadaan dari Kebenaran serta
merenungkannya.
Tathagata Dhyana, yaitu meditasi yang dilakukan oleh para Tathagata yang telah mengalami
Pengetahuan yang Tertinggi dan selalu bersedia untuk mengabdi kepada semua
makhluk.
Buddhisme Theravada mengenal
empat tahapan meditasi yaitu, pertama, pengumpulan pengalaman dari meditasi Triratna (Buddha, Dharma dan Sangha) , kedua, meditasi tubuh; ketiga,
meditasi kehilangan tubuh dan keempat, meditasi cinta kasih universal [metta] . Terdapat dua latihan utama
meditasi dalam Buddhisme Theravada [satiphatana] yang dikenal, yaitu :
Samatha atau Meditasi Sikap Tenang, yaitu konsentrasi pada suatu
obyek dengan tidak membiarkan pikiran berkelana kepada hal-hal lain. Misalnya
konsentrasi pada keluar masuknya nafas [anapanasati];
berjalan dengan konsentrasi gerak langkah [cankamana];
konsentrasi untuk membangkitkan kasih sayang [metta] ; konsentrasi dengan pengucapan mantra sesuai dengan keluar
masuknya nafas misalnya BUD (tarikan nafas) DHO (hembusan nafas).
Vipassana, atau Meditasi Pandangan Terang, yaitu dengan membuka
pikiran kepada segala sesuatu berdasarkan sifat dasar dari Ketidakkekalan [anicca]; penderitaan [dukkha] dan tanpa inti / tanpa aku [anatta] untuk menyelidiki fenomena
jasmani dan mental.
Buddhisme Tantrayana
mengembangkan 3 (tiga) tahapan meditasi sebagai latihan Penyadaran Diri,
terdiri dari:
Meditasi Mandala, yaitu konsentrasi meditasi dengan orientasi diri menuju
kebersamaan dengan alam semesta.
Meditasi Mantra, yaitu konsentrasi diri dalam meditasi dengan
mendengarkan suara-suara gaib.
Meditasi
Visualisasi, yaitu meditasi
yang dilakukan sesudah menyelesaikan tahapan meditasi Mandala dan Mantra dimana
dalam konsentrasi meditasi ini akan merasakan kekuatan halus yang nyata seperti
kehadiran para Bodhisattva.
Buddhisme Zen mengenal Meditasi Zazen , yaitu suatu cara
meditasi dengan duduk dalam waktu yang lama dengan posisi yang disebut lotus [Sesshin]. Meditasi tersebut dilakukan
dengan menghadap ke tembok dalam ruangan khusus yang disebut Zendo.
Dalam ajaran kuno seperti yang terdapat dalam berbagai aliran Yoga dari
India dikenal adanya metode pembangkitan Kundalini
(suatu gulungan tiga setengah lingkaran yang dalam keadaan 'tidur' berada
di bawah tulang ekor) dengan pembukaan cakra mulai dari cakra dasar [muladhara] sampai cakra mahkota [sahasrara].
Dalam tubuh manusia terdapat tujuh cakra utama yang melewati jalur utama [sushumna], yaitu cakra yang terletak di ujung tulang ekor atau disebut cakra dasar [muladhara], cakra organ kelamin [svadisthana], cakra pusar [manipura], cakra jantung [anahata], cakra tenggorokan [vishuddhi], cakra mata kebijaksanaan [ajna] dan cakra mahkota [sahasrara].
Selain tujuh cakra utama tersebut masih terdapat banyak sekali cakra-cakra biasa dan cakra mini yang seluruhnya berjumlah 365 buah. Proses pembukaan cakra itu sendiri sebenarnya bertujuan untuk membersihkan timbunan karma yang mana biasanya akan lebih efektif apabila dalam latihan disertai dengan pikiran, ucapan dan perbuatan yang baik.
Namun perlu diingat juga bahwa teknik pembangkitan Kundalini tersebut apabila tidak dibimbing secara benar oleh seorang Guru Sejati akan menyebabkan efek samping negatif yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran jiwa orang bersangkutan.
Perkembangan lebih lanjut dari teknik pembersihan cakra ini pada akhirnya dapat dilakukan oleh seorang Guru Sejati yang mana mampu membantu muridnya untuk melewati proses pembersihan cakra dengan membuka langsung cakra mata kebijaksanaan [ajna] sehingga sang murid tidak membuang waktu terlalu lama hanya untuk menjalani proses pembukaan cakra di bawah alis mata yang biasanya dapat menimbulkan efek samping negatif yang lebih besar khususnya pada saat pembukaan cakra alat kelamin dan cakra jantung.
Tujuan terakhir meditasi adalah sama dengan tujuan akhir dari Buddha Dharma, yaitu untuk mencapai Nirwana, dan menghapuskan, dan diluar bentuk-bentuk pengalaman manusia biasa.
Oleh karena itu mereka tidak banyak membicarakan tentang Nirwana sebelum mendapat kemajuan untuk mencapainya sendiri, sebagai suatu jalan yang langsung diluar pemikiran logika dan rasa pencerapan.
Akan tetapi dalam agama Buddha lebih banyak mengarahkan pelajarannya pada dua macam yang lebih penting, langsung, nyata, dan dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan pengalaman.
Pertama adalah pemeliharaan serta bertambahnya dan berkembangnya perasaan-perasaan yang positif dan mulia, seperti: cinta kasih, kasih sayang, kesucian batin, keseimbangan, dan perasaan simpati pada orang lain. Dan yang kedua adalah melenyapkan kelobaan, kebencian, kegelapan batin, kesombongan, nafsu-nafsu, dan semua perasaan negatif (buruk).
Dalam tubuh manusia terdapat tujuh cakra utama yang melewati jalur utama [sushumna], yaitu cakra yang terletak di ujung tulang ekor atau disebut cakra dasar [muladhara], cakra organ kelamin [svadisthana], cakra pusar [manipura], cakra jantung [anahata], cakra tenggorokan [vishuddhi], cakra mata kebijaksanaan [ajna] dan cakra mahkota [sahasrara].
Selain tujuh cakra utama tersebut masih terdapat banyak sekali cakra-cakra biasa dan cakra mini yang seluruhnya berjumlah 365 buah. Proses pembukaan cakra itu sendiri sebenarnya bertujuan untuk membersihkan timbunan karma yang mana biasanya akan lebih efektif apabila dalam latihan disertai dengan pikiran, ucapan dan perbuatan yang baik.
Namun perlu diingat juga bahwa teknik pembangkitan Kundalini tersebut apabila tidak dibimbing secara benar oleh seorang Guru Sejati akan menyebabkan efek samping negatif yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran jiwa orang bersangkutan.
Perkembangan lebih lanjut dari teknik pembersihan cakra ini pada akhirnya dapat dilakukan oleh seorang Guru Sejati yang mana mampu membantu muridnya untuk melewati proses pembersihan cakra dengan membuka langsung cakra mata kebijaksanaan [ajna] sehingga sang murid tidak membuang waktu terlalu lama hanya untuk menjalani proses pembukaan cakra di bawah alis mata yang biasanya dapat menimbulkan efek samping negatif yang lebih besar khususnya pada saat pembukaan cakra alat kelamin dan cakra jantung.
Tujuan terakhir meditasi adalah sama dengan tujuan akhir dari Buddha Dharma, yaitu untuk mencapai Nirwana, dan menghapuskan, dan diluar bentuk-bentuk pengalaman manusia biasa.
Oleh karena itu mereka tidak banyak membicarakan tentang Nirwana sebelum mendapat kemajuan untuk mencapainya sendiri, sebagai suatu jalan yang langsung diluar pemikiran logika dan rasa pencerapan.
Akan tetapi dalam agama Buddha lebih banyak mengarahkan pelajarannya pada dua macam yang lebih penting, langsung, nyata, dan dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan pengalaman.
Pertama adalah pemeliharaan serta bertambahnya dan berkembangnya perasaan-perasaan yang positif dan mulia, seperti: cinta kasih, kasih sayang, kesucian batin, keseimbangan, dan perasaan simpati pada orang lain. Dan yang kedua adalah melenyapkan kelobaan, kebencian, kegelapan batin, kesombongan, nafsu-nafsu, dan semua perasaan negatif (buruk).
Post a Comment