Gy3ZRPV8SYZ53gDjSFGpi7ej1KCaPY791pMbjB9m
Bookmark

Biografi Singkat Abu Hurairah RA dan Kisahnya "sang Bapak Kucing"

Sahabat adalah tokoh sentral dan sangat krusial dalam periwayatan hadis. Betapa tidak, merekalah saksi kunci rekam jejak Nabi Saw. mulai dari sabdanya, aktifitasnya, diamnya, maupun sifat-sifatnya. Dan diantara sosok sahabat yang memiliki andil yang sangat besar dalam meriwayatkan hadis adalah Abu Hurairah.
Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (bahasa Arab: عبدالرحمن بن صخر الأذدي) (lahir 598 - wafat 678), yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah (bahasa Arab: أبو هريرة), adalah seorang Sahabat Nabi yang terkenal dan merupakan periwayat hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh kaum Islam Sunni.

Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin Amin dan ada pula yang mengatakan nama aslinya ialah Abdur Rahman bin Shakhr.


Abu Hurairah RA sangat terkenal di kalangan para ahli hadis. Ia meriwayatkan 5.374 hadis Nabi Muhammad SAW. Tercatat lebih dari 800 orang perawi dari kalangan sahabat dan tabi’in telah meriwayatkan hadis darinya. Beberapa di antara mereka yaitu Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan lain-lain.  

Tumbuh sebagai lelaki cerdas, Abu Hurairah RA sejatinya seorang anak yatim. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Dalam asuhan ibunya, ia tumbuh menjadi pemuda dengan kecemerlangan otak luar biasa. Ia disebut gudang pengetahuan umat Muslim.
Biografi Singkat Abu Hurairah RA dan Kisahnya "sang Bapak Kucing"
Abu Hurairah secara harfiah berarti penyayang anak kucing. Rasullullah sendirilah yang menjulukinya “Abu Hurairah” ketika beliau melihatnya membawa seekor anak kucing. Julukan dari Rasulullah Itu semata karena kecintaan beliau kepadanya, sehingga jarang ada orang yang memanggilnya dengan nama sebenarnya.

Masa muda Abu Hurairah

Abu Hurairah berasal dari kabilah Bani Daus dari Yaman. Ia diperkirakan lahir 21 tahun sebelum hijrah, dan sejak kecil sudah menjadi yatim. Ketika mudanya ia bekerja pada Basrah binti Ghazawan, yang kemudian setelah masuk Islam dinikahinya.

Nama aslinya pada masa jahiliyah adalah Abdus-Syams (hamba matahari) dan ia dipanggil sebagai Abu Hurairah (ayah/pemilik kucing) karena suka merawat dan memelihara kucing.

Diriwayatkan atsar oleh Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang mauquf hingga Abu Hurairah. Abdullaah bin Raafi' berkata, "Aku bertanya kepada Abu Hurairah, "Mengapa engkau bernama kuniyah Abu Hurairah?" Ia menjawab, "Apakah yang kau khawatirkan dariku?" Aku berkata, "Benar, demi Allah, sungguh aku khawatir terhadapmu." Abu Hurairah berkata, "Aku dahulu bekerja menggembalakan kambing keluargaku dan di sisiku ada seekor kucing kecil (Hurairah). Lalu ketika malam tiba aku menaruhnya di sebatang pohon, jika hari telah siang aku pergi ke pohon itu dan aku bermain-main dengannya, maka aku diberi kuniyah Abu Hurairah (bapaknya si kucing kecil)."

Kemiskinan Abu Hurairah

Abu Hurairah tidak memiliki keluarga karena sedari kecil ia sudah menjadi yatim. Selain tidak memiliki keluarga, ia juga tidak memiliki harta. Karena itu, Abu Hurairah termasuk Ahlush Shuffah yaitu kaum fakir Muhajirin yang tidak memiliki keluarga maupun harta. Mereka biasanya tinggal di depan Mesjid Nabawi. Berikut kisah Abu Hurairah yang mendapat julukan Bapak Kucing.

Abu Hurairah merupakan seorang sahabat yang sangat sabar dengan apa yang Allah  timpahkan, kemiskinannya membuat benar-benar ia tak asing lagi dengan rasa lapar yang selalu hadir hampir di setiap harinya.

Abu Hurairah tak asing dengan batu yang selalu mengikat perutnya, bahkan ia pernah mengatakan, “Aku pernah merasakan lapar sampai aku ingin pingsan, kemudian agar aku mendapatkan makanan, aku berpura-pura seperti  orang yang kejang diantara mimbar Rasul dan rumah Aisyah sampai orang-orang datang kepadaku kemudian meruqyaku, aku langsung mengangkat kepalaku lalu aku katakan,

ليس الذي ترى، إنما هو الجوع

“Ini bukan yang seperti kalian lihat (kejang karena kesurupan,pent-) namun aku begini karena lapar”.

Abu Hurairah Menjadi muslim

Imam asy Syafi’i berkata,"Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan hadits pada zamannya (masa sahabat).”
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah.
Abu Hurairah hijrah ke Madinah pada masa antara perjanjian Hudaibiyah dengan perang Khaibar, Muharram tahun ke-7 Hijrah.

Pada saat itu Abu Hurairah memasuki usia 31 tahun sedangkan Rasulullah berusia 59 tahun. Abu Hurairah datang dari kota yang sedari dulu selalu menolak dakwah Rasulullah.

Kisah ini diabadikan dalam Surah Ad-Dhuha, di mana Rasulullah diusir dari Thaif (desa di Ad-Daus) dan dilempari kotoran oleh penduduk desa.

Namun, Rasulullah meminta kepada Allah agar kelak ada dari penduduk Thaif yang akan menjadi pembesar Islam, dan lahirlah Abu Hurairah.

“Dari mana engkau?”, Abu Hurairah menjawab, “Aku berasal dari Ad Daus”, Rasulullah mengatakan, “Sungguh aku dulu tidak menyangka ada kebaikan di  Daus” [HR. Ibnu Saad,dan AbuDawud At-Thayalisi]. Saat bertemu dengan Rasulullah, Abu Hurairah langsung dibaiat dan masuk Islam. Beliaupun dihadiahkan Rasulullah sebuah nama yang indah, yaitu Abdurrahman bin Shakhr al-Azdi.

Peran politik Abu Hurairah

Umar bin Khattab pernah mengangkat Abu Hurairah menjadi gubernur wilayah Bahrain untuk masa tertentu. Saat Umar bermaksud mengangkatnya lagi untuk yang kedua kalinya, ia menolak. Ketika perselisihan terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, ia tidak berpihak kepada salah satu di antara mereka.

Abu Hurairah Periwayat hadits

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad, yaitu sebanyak 5.374 hadits. Di antara yang meriwayatkan hadist darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan lain-lain. Imam Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari kalangan sahabat dan tabi'in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah".

Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi. Marwan memintanya untuk menyebutkan beberapa hadits, dan sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun menyebutkan semua hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.

Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki dengan judul Fatawa' Abi Hurairah. Abu Hurairah sejak kecil tinggal bersama Rasulullah.

Keturunan Abu Hurairah 

Abu Hurairah termasuk salah satu di antara kaum fakir muhajirin yang tidak memiliki keluarga dan harta kekayaan, yang disebut Ahlush Shuffah, yaitu tempat tinggal mereka di depan Masjid Nabawi. Abu Hurairah mempunyai seorang anak perempuan yang menikah dengan Said bin Musayyib, yaitu salah seorang tokoh tabi'in terkemuka.

Wafatnya Abu Hurairah 

Setelah berpuluh tahun mengeluarkan banyak pengorbanan dan khidmat terhadap agama Islam, Abu Hurairah jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di usia 78 tahun (57 Hijriah) di Madinah. Jenazah Abu Hurairah disemayamkan Baqi’.

Warisan Abu Hurairah bukanlah dalam bentuk harta, emas dan berlian, tapi warisan yang ia hadiahkan untuk umat adalah ribuan hadits yang ia kumpulkan bertahun-tahun lamanya.

Demikianlah biografi Abu Hurairah, sosok pembelajar yang sangat pandai memanfaatkan waktunya untuk belajar dan belajar dari Rasulullah saw., sehingga hanya dalam kurun waktu empat tahun yang singkat, ia dapat menggali ilmu-ilmu dari Nabi Saw. dan sekaligus mengajarkannya kepada para sahabat dan tabi’in hingga sampailah informasi itu kepada kita, sehingga kita dapat mengetahui sosok panutan kita dengan sangat gamblang. Wa Allahu A’lam bis Shawab.
Post a Comment

Post a Comment