SERIAL #ISENG-ISENG BACA HIKAM oleh Bambang Q-anees
"Kitab Al-Hikam" adalah buah karya Syekh Ibnu Atha'illah, mursyid ketiga dari Thariqah Syadziliyah. Adapun pendiri pertama Syadziliyah adalah Syekh Abu Hasan Ali Asy-Syadzili, seorang Maroko yang kemudian menetap di Iskandariah, Mesir dan wafat pada 1258 M. Penggantinya adalah Syekh Abu Abbas Al-Mursi, yang berasal dari Murcia, Andalusia, Spanyol (wafat di tahun 1287 M), yang sepeninggalnya dilanjutkan oleh Syekh Ibnu Atha'illah.
Beli buku kitab al-hikam ibnu Atha'illah original terlengkap :
Al-Hikam Pasal 1: Bersandar pada Amal
"Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana atau berkurangnya harapan ketika terjadi kesalahan."
Ini adalah Hikam pertama. Bagaimana cara memahaminya?
Kita mulai dari kata“bersandar” deh. Saat kamu lelah, kamu bersandar pada dinding di dekatmu duduk. Kamu merasa nyaman, karena punggungmu yang sudah capek mendapat topangan. Saat itu kamu mengandalkan dinding itu untuk pelepasan lelahmu.
Bersandar adalah mengerahkan kekuatan kepada sesuatu. Penyandaran diri merupakan dorongan dari dalam diri yang muncul karena mengharapkan sesuatu dari yang disandari. Tandanya adalah mengutamakan sesuatu yang disandari dan selalu melihat kepadanya, baik ketika menghadap maupun di saat berpaling.
Di sini “bersandar” sama dengan “mengandalkan”. Saat kamu mengandalkan sesuatu, berarti kamu sedang bersandar pada sesuatu itu.
Mengandalkan sesuatu berarti menganggap sesuatu itu sebagai sebab. Dinding itu jadi penyebab kenyamananmu saat melepas lelah. Dinding itu jadi sumber kenyamananmu. Nah, kata sebab di sini diartikan sebagai sumber bagi munculnya sesuatu yang lain.
Tentu banyak sekali yang selama ini kamu anggap sebagai sebab dari apa yang kamu dapatkan. Kamu berusaha, lalu berhasil. Kamu belajar tekun, lalu lulus ujian dengan nilai bagus. Kita rajin berdagang, lalu untung dan kaya raya. Kamu pedekate, trus nembak, eh… si doi langsung kelepek-klepek…Jadian deh.Tentu ada banyak lagi contoh lainnya.
Kita lihat bentuk lain, ada yang rajin shalat Dhuha, trus dapat rejeki banyak. Muncullah kesimpulan, Amalan shalat Dhuhah menjadi sumber munculnya rejeki melimpah. Ini yang disebut bersandar pada amal (shalat Dhuha). Contoh lain, kalau rajin puasa Senin Kamis hidupnya akan dipenuhi keberuntungan, kayak Habibie. Apa lagi contoh lain yaa…? Kalau kita baik pada orang lain, pasti orang lain juga baek pada kita.
Semua tindakan itu, dipandang sebagai sumber dari munculnya apa yang kamu harapkan. Tentulah, yang kamu harapkan adalah kebahagiaan. Lau muncullah kesimpulan, semua hasil yang membahagiakan itu itu semata-mata bersumber dari apa yang kamu lakukan. Inilah yang dimaksud dengan I’timad ‘alal ‘amal (bersandar kepada amal)
Al I’timad Secara bahasa berarti menyangga, berpegang kepadanya, bersandar, tiang batu, berpegang pada tenaga diri sendiri, yang sah, maksud dari kata al I’timad adalah setiap manusia itu punya prinsip dalam bekerja, beraktifitas, beribadah dan prinsip dalam hidup. Prinsip ini ada yang benar dan ada yang tidak benar.
Apa salahnya prinsip I’timad ‘alal ‘amal?
G ada yang salah. Itu prinsip yang bener kok. Kan kita sering mendengar kalimat man jadda wajada, siapa sungguh-sungguh berusaha, pasti berhasil. Atau No Succes No pay, g ada kesuksen tanpa bayaran usaha. Semua itu benar.Yang sebaliknya justru yang keliru. Males-malesan tidaklah akan menghasilkan sesuatu, keengganan menanggung resiko berjuang akan membuatmu g dapat apa-apa.
Tapi mari kita bayangkan satu hal. Kamu bersandar pada dinding, eh dindingnya rapuh.. gubraak!... jatuh. Kamu kecewa. Kamu belajar serius untuk ujian, eh… soalnya berbeda dari yang dihafalkan, zonk! Atau mendadak kamu sakit, akhirnya g bisa ujian. Zonk juga. Kamu pedekate, udah kliatan yang diincer menunjukkan ketertarikan, eh dia sekeluarga pindah kota. Zonk. Dan semua itu mengecewakan.
Saat itu kamu putus asa. Harapan kamu jadi menipis. Bahasa Arabnya harapan menipis itu Nuqshoni ar-Raja’
Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya.” Ditanyakan, “Sekalipun engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku.” – H.R. Bukhari dan Muslim
Apa yang terjadi setelah itu? Kepercayaan diri kamu pada apa yang kamu lakukan jadi lemah. Hasilnya, kamu jadi apatis, mending g usah usaha deh. Mending g usah menghafal deh, lebih jauh lagi, g usah punya harapan deh. Berabe!
Yang lebih repot lagi kalau kamu mengandalkan ibadah kamu sebagai penentu kebahagiaan. Shalat dhuha sumber rejeki, puasa Senin Kamis sumber keberuntungan, dan seterusnya-dan seterusnya. Awalnya sih sepertinya ada hubungan kausal antara Shalat Dhuha dan rejeki yang moncer, suatu ketika rejekimu seret. Muncullah kesimpulan sesat, “shalat Dhuha tak ada gunanya, mending g usah shalat dhuha”. Kalau udah begini, biasanya merembet, setelah g usah shalat Dhuha beranak pinak jadi: g usah shalat deh, g usah puasa, Tuhan g ada, g usah berbuat baik deh, dan yang laennya.
Jadi, kata Ibn Athoillah: resiko mengandalkan amal adalah kamu gampang putus asa. Ketenanganmu tergantung pada hasil yang kamu bayangkan dapat muncul dari kerjaanmu itu. Saat yang kamu bayangkan g muncul, kamu kecewa.
Perbaikilah cara pikirmu. Inilah kesimpulan yang benar. Itulah yang diinginkan Ibn Athaillah untuk kamu lakukan.
Pertama, jangan menganggap bahwa pekerjaan dan amal kita menentukan segala-galanya. Jangan anggap apa yang kamu lakukan itu, jadi satu-satunya sumber keberhasilan dan kebahagiaanmu. Terbukalah pada kemungkinan lain, biar g gampang kecewa.
Kedua, Banyak factor dan variabel dalam hidup ini yang di luar kontrol kita. Faktor-faktor lain itu bisa membelokkan hubungan kausal sebab-akibat. Sepeerti contoh tadi, “pedekate dengan jurus maut…udah mau jadian… eh, dia pindah ke kota lain”.
Ketiga, bersedia menerima kehidupan secara utuh. Apa maksudnya? Hidup ini g sempurna: kadang berhasil, seringnya sih… gagal. Mengharap keberhasilan, tentu saja harus. Tapi saat kamu menerima kegagalan, santai aja. Saat kamu gagal, pikirkanlah pasti ada factor lain di luar perhitunganmu, atau belom saatnya. Saat kamu gagal, tertawalah seperti kamu memilih Durian: kadang dapat yang manis, kadang dapat yang hambar. Cari lagi aja durian yang lain! (kalau duitnya masih ada).
Lalu, kita harus bersandar ke apa, ke siapa dong?
Selain berusaha semaksimal mungkin, bersandarlah pada yang g mungkin roboh
Allah subhanahu wa ta'ala
وَتَوَڪَّلۡ عَلَى ٱلۡحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) Yang tidak mati.”(Al-Furqan:58)
Bersandar pada manusia, dia bisa berkhianat..
Bersandar pada harta, dia bisa musnah..
Bersandar pada saudara, dia bisa lupa..
bersandar pada kawan, dia bisa jadi lawan...
Bersandar pada pangkat, dia bisa minggat..
30 comments
Jurusan : Management
Tanggapan :
di cutip dari artikel di atas
"bersedia menerima kehidupan secara utuh. Hidup ini g sempurna: kadang berhasil, seringnya sih… gagal. Mengharap keberhasilan, tentu saja harus. Tapi saat kamu menerima kegagalan, santai aja. Saat kamu gagal, pikirkanlah pasti ada factor lain di luar perhitunganmu, atau belom saatnya. Saat kamu gagal, tertawalah seperti kamu memilih Durian: kadang dapat yang manis, kadang dapat yang hambar. Cari lagi aja durian yang lain! (kalau duitnya masih ada)."
Hidup tidak selalu di atas harus ada nya usaha , karna usaha tidak akan mengkhianati hasil
jika kita yakin dengan usaha kita insya allah hasilnya pun pasti akan sesuai dengan apa yang diharapkan,dan sebaliknya jika usaha kita tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh kita, pasti akan ada rencana yang lebih baik Allah tidak pernah mengecawakan selagi kita bergantung dan berharap kepadanya.
NMP : 40221100710
Jurusan : Manajemen B1
Tanggapan :
I’timad ‘alal ‘amal (bersandar kepada amal)
Al I’timad secara bahasa berarti menyangga, berpegang kepadanya, bersandar, tiang batu, berpegang pada tenaga diri sendiri, yang sah, maksud dari kata al I’timad adalah setiap manusia itu punya prinsip dalam bekerja, beraktifitas, beribadah dan prinsip dalam hidup. Akan tetapi betul yang ada diartikel justru sangat besar sekali resiko mengandalkan amal yang kita miliki, kita pasti gampang sekali putus asa karena apabila sandaran kita itu tidak terwujud maka akan muncul ketidak percayaan dan kecewa (suudzon). Maka dari itu perbaikilah cara kita bersandar mencari amalan yaitu kepada yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, berserah dirilah dan berdoa karenalnya yang maha segala-galanya. Dengan cara bertakwa kepadanya yaitu laksanakan perintahnya dan jauhi larangnya insyaallah Allah memberikan jalan yang terbaik untuk kita.
prodi : Teknik Mesin S1
Tanggapan: amal/ ibadah yang kita lakukan bukan menjadi alasan untuk kita hidup semena-mena karena itu semua dapat menjadi hal baik bila allah SWT. yang mengizinkannya, jadi kita harusnya bersandar pada apa yang tidak akan roboh
NPM : 41921100019
Prodi : Teknik Sipil Reg B1
Tanggapan : Setelah saya membaca artikel diatas bahwasanya setiap manusia selalu punya keinginan dan semua itu ingin berjalan sesuai dengan rencana. Tapi patut kita sadari juga kita sebagai manusia hanya bisa berencana yaitu berdoa, dan berusaha semaksimal mungkin karena setelah itu Allah yang menentukan. Kita sandarkan semua kepada Allah SWT lakukan semuanya dengan baik, ikhlas dan selalu menyelipkan rasa syukur terhadap semua yang telah Allah tetapkan niscaya kita akan terjauh dari Nuqshoni ar-Raja’ yang artinya putus asa dan menipisnya harapan.
Prodi : S1 Manajemen
Tanggapan : Dari artikel diatas, bisa disimpulkan apapun yang kita lakukan, jika kita menginginkannya dan Allah mengijinkan, maka tidak ada yang mustahil. Seperti pepatah "Man jadda wa jadda", setiap usaha yang dilakukan secara bersungguh-sungguh dengan menggantungkan hasil kepada Allah SWT, dan berserah diri, Insha Allah akan tercapai. Amalan yang dilakukan akan menjadi bekal bagi orang yang berusaha sambil mencari Ridha Allah SWT.
Jurusan : S1 Manajemen Reg-B
Tanggapan : Sesuai apa yang saya baca dan pahami dari artikel diatas, dijelaskan bagaimana kita sebagai manusia tentunya harus beramal agar menjadi bekal di kemudian hari, jangan mengharapkan setiap amalan itu akan terwujud pada hari itu juga, karena semuanya atas kehendak Allah SWT atas segala sesuatunya. Amalan kita bukanlah sandaran kita agar hidup lebih baik dan bahagia, namun bersandar lah kepada Allah dan beramal lah karena Allah, biarlah Allah yang memberikan apa yang terbaik untuk kita.
Bekerja lah kamu seakan-akan hidup seribu tahun lagi, dan beribadah lah kamu seakan-akan mati besok.
Hidup kita harus seimbang antara usaha dan beribadah, agar berhasil dunia dan akhirat, aamiin.
Prodi : S1 Manajemen Reguler B
Tanggapan : Menurut saya, didalam kehidupan ini akan mengalami bahagia maupun sedih, bahkan pekerjaan dan amal yang kita lakukan tidak menentukan dalam segala-galanya karena apa yang kita lakukan itu bukan jadi satu-satunya sumber keberhasilan dan kebahagiaan sehingga kita harus ikhlas dan terbuka pada kemungkinan lain, agar tidak mudah untuk kecewa. Kita juga harus bersedia untuk menerima kehidupan kita secara utuh dan perbanyak untuk tetap bersyukur dalam hidup yang telah kita jalanin dan selalu berdoa dan bersandar kepada Allah SWT. Dalam hidup, kita harus tetap dalam berusaha dan berdoa namun hasilnya kita serahkan pada Allah SWT, karena apa yang sudah kita lakukan tetaplah Allah yang menentukan takdirnya.
NPM : 40221100617
Prodi : Manajemen S1
Dengan tidak berjalannya keinginan yang kita mau, bukan berarti usaha dan amal ibadah yang kita lakukan itu sia-sia tapi justru itu menjadi ujian bagi keimanan kita kepada Allah SWT. Meskipun doa & keinginan kita belum terlaksana kita harus sebagai manusia harus sabar karna Allah menjanjikan kebahagiaan bagi umatnya yang taat dan beriman kepada-Nya
Jurusan : Manajemen S1
Tanggapan :
Saya setuju dengan pernyataan, bersandarlah pada yang tidak akan roboh yaitu Allah SWT. Apa yang kita usahakan serahkan segala hasilnya kepada Allah, karena Allah-lah yang Maha Mengetahui mana yang baik dan buruk untuk kita, sekalipun berat bagi kita untuk menerimanya. Apa yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita di mata sang pencipta. Berikhtiar-lah sekuat kita mampu dan serahkanlah segala hasilnya kepada Allah SWT (tawakal).
NPM : 40221100685
Jurusan : S1 Manajemen
Manusia adalah mahluk yang membutuhkan sandaran, bukan mahluk yang kuat maka dari itu kita harus berserah diri sebagai salah satu cara bersandar kepada Allah swt dengan cara beribadah dan melakukan shalat duha salah satunya untuk dapat mempermudah rezeki kita
Jurusan : Manajemen S1
Tanggapan :
Munurut saya setelah saya membaca artikel di atas bahwasan nya setiap manusia di muka bumi ini harus senantiasa berusaha dan bersyukur atas nikmat allah yang telah di berikan, karena setiap manusia telah di atur dan kembali kepada kita mau berusaha ikhtiar atau tidak karena apa yang kita rencanakan sebelumnya sudah di atur oleh allah swt dengan rencana allah yang baik.
Prodi : Manajeman Bisnis S1
Tanggapan :
Setelah membaca artikel diatas, ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan. bahwa kita sebagai manusia harus bisa merubah cara pandang terhadap apa yang kita lakukan, seperti melakukan solat duha untuk menambahkan rezeki, puasa senin kamis menambah keberuntungan. Tapi ketika apa yang kita kerjakan tidak sesuai dengan realitanya pasti akan menimbulkan pikiran yang negatif. maka dari itu, pola pikir seperti itu yang harus dirubah, karena kita hanya boleh menyandrkan harapan kepada allah sang maha kuasa. apapun yang kita lakukan serahkan saja, karena semua niat baik pasti akan dibalas dengan kebaikan juga.
Prodi : Manajemen S1
Tanggapan : Menurut saya dari artikel tersebut dalam kehidupan kita tidak akan selalu berjalan sesuai dengan rencana kita melainkan telah direncanakan oleh Allah SWT jadi kita sebagai manusia boleh berambisi tetapi terlalu berambisi juga tidak baik dan juga kita harus selalu bersyukur apabila dalam kehidupan kita tidak sesuia dengan harapan mungkin Allah sedang merencanakan sesuatu yang terbaik untuk kita.
Prodi : Teknik Elektro Reg B1
NPM : 41821100010
Keyakinan kita terhadap Allah SWT merupakan salah satu kunci kehidupan yang dimana secara tidak langsung membuat kita menjadi lebih percaya diri dalam melakukan sesuatu, kita juga jangan hanya berproses saja tapi dibarengi dengan doa, karena proses tanpa doa adalah sia-sia.
Prodi : manajemen S1
Keyakinan dan rasa syukur adalah kunci kita sebagai mahkluk yang baik
Prodi : Manajemen S1 Reg-B1
Hidup memang tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, kita yang berencana allah yang menentukan, segala proses kegagalan atau keberhasilan merupakan hal yang baik untuk kita apapun hasilnya, percaya terhadap sesuatu yang allah kasih bahwa itu semua merupakan cara terbaik dan hasil terbaik untuk kita sebagai hamba agar menjadi hamba yang berkualitas, ketika kita bisa menerima semua hasil dari proses kita dengan rasa syukur, hal itu akan membuat kita menjadi hamba yang berkualitas.
Jurusan : Manajemen S1
Tanggapan :
Menurut saya dari kutipan artikel di atas setiap manusia perlu berusaha dan bersyukur atas hikmah di balik semua peristiwa yang terjadi dan atas hal-hal baik atau buruk yang terjadi. Karena jika meminta sesuatu semua mesti berusaha dan ikhtiar agar semua yang terjadi tidak menjadi sia sia, karna di setiap usaha pasti ada jalan nya.
Jurusan : Manajemen S1
Tanggapan :
Menurut saya dari kutipan artikel di atas setiap manusia perlu berusaha dan bersyukur atas hikmah di balik semua peristiwa yang terjadi dan atas hal-hal baik atau buruk yang terjadi. Karena jika meminta sesuatu semua mesti berusaha dan ikhtiar agar semua yang terjadi tidak menjadi sia sia, karna di setiap usaha pasti ada jalan nya.
jurusan : manajemen b1
tanggapan saya pencapaian, kegagalan, perbuatan,kesuksesan semua itu sudah ditakdirkan oleh Allah sudah menjadi jalanya kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, jika kita yakin dengan usaha kita insya allah hasilnya pun pasti akan sesuai dengan apa yang kita harapkan,dan sebaliknya jika usaha kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan pasti akan ada rencana yang lebih baik Allah tidak pernah mengecawakan selagi kita bergantung dan berharap kepadanya.
Prodi : Manajemen(B) S1
Harapan perlu untuk tujuan hidup, yang salah berharap kepada manusia.Tapi jadi sedikit benar ketika tau berharap kepada manusia itu salah. Maka bersiaplah kecewa ketika berharap kepada selain Allah
Prodi : Manajemem S1
Tanggapan : Sebagai manusia kita akan berusaha dengan maksimal yang kita bisa. Tetapi kita juga harus beribadah agar usaha tersebut tidak menjadi sia sia
Jurusan: Manajemen S1
Tanggapan: saya setuju bahwa kita semua harus memperbaiki cara berpikir karena dari cara berpikir yang salah akan bisa muncul pikiran2 sesat , jangan menganggap pekerjaan dan amal menentukan segala-galanya. Jangan anggap apa yang lakukan itu, jadi satu-satunya sumber keberhasilan dan kebahagiaan.harus bisa terbuka pada kemungkinan lain, supaya tidak mudah kecewa, harus bisa sering bersyukur karena dari beryukur juga bisa menerima apapun keadaannya dan yang paling penting berusaha semaksimal mungkin, untuk bersandar kepada Allah subhanahu wa ta'ala karena Allah lah satusatunya yang tidak akan roboh/meninggalkan manusia
Jurusan: Manajemen s1
Tanggapan: usaha / amal yang kita kerjakan ketika Gagal bukan berarti sia sia, jangan terlalu berharap pada amal yang kita kerjakan agar tidak terlalu kecewa bersandar hanya kepada Allah yang tidak pernah mengecewakan kita
Jurusan: Teknik Sipil(RegB1)
Tanggapan...
Menurut saya, semua manusia pasti melakukan hal yang namanya usaha, ibadah dan amal baik atau pun buruk. Tetapi ketika melakukan perbuatan yang baik pasti akan kembali lagi kepada kita yang baik, sebaliknya kalau kita melakukan perbuatan buruk pasti kembali kepada kita buruk lagi, jadi setiap perbuatan amal,ibadah yang kita perbuat pasti ada hasil nya untuk kita sendiri.
NIM : 41921100018
Prodi : Teknik Sipil Regular B1
Tanggapan :
Menurut tanggapan saya, terhadap artikel diatas adalah bahwa setiap tingkah laku, perbuatan, keinginan, dan pencapaian merupakan sebuah ketentuan atau ketetapan yang ditentukan oleh Allah s.w.t, setiap manusia pada dasarnya memiliki suatu keinginan untuk mewujudkan sebuah pencapaian, akan tetapi skenario, alur, dan jalannya hanya Allah yang menentukan. Maka setiap manusia harus selalu berusaha dan bertawakal untuk mewujudkannya. Selain itu kita juga tidak bisa bisa memaksakan takdir yang sudah di tentukan Allah.
Jurusan: Manajemen B1
Tanggapan: amal/ ibadah yang kita lakukan bukan menjadi alasan untuk kita hidup semena-mena karena itu semua dapat menjadi hal baik bila allah SWT. yang mengizinkannya, jadi kita harusnya bersandar pada apa yang tidak akan roboh
Jurusan : Manajemen B1
Ijin bertanya
Bagaimana cara membiasakan diri untuk selalu berfikir positif dan istiqomah dalam berikhtiar ?
NPM : 40221100612
Jurusan : MANAJEMEN S1 REG.B/B1
Tanggapan : Sesuai dengan artikel diatas, yang saya tangkap adalah tidak semua usaha, ibadah, amal, perbuatan dan keinginan kita sesuai dengan yang kita harapkan.. ketika kita berusaha dengan keras tidak selalu usaha tersebut membuahkan kesuksesan atau keberhasilan.. Begitu juga dengan yang lainnya. Tetapi kita sebagai manusia juga, tidak boleh menganggap bahwa usaha, amal, ibadah yang kita lakukan itu hanya sia-sia saja. Sehingga kedepannya kita tidak melakukan hal-hal tersebut seperti dulu lagi. Kita jadi tidak percaya akan semua hal itu. Kita sebagai manusia tidak boleh berpikit seperti itu. Karena itu semua takdir tuhan. Tidak semua yang kita inginkan akan dikabulkan semuanya oleh tuhan. Jadi kita juga tetap harus bersabar. Karena, kita punya keinginan tetapi tuhan yang menentukan kenyataan