Gy3ZRPV8SYZ53gDjSFGpi7ej1KCaPY791pMbjB9m
Bookmark
Kalimat apa saja yang anda kehendaki (ketika tersorot oleh kursor)

Samuel Benner: apa itu Benner Cycle?

 Pasar saham adalah entitas yang kompleks dan terus berkembang, dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, sosial, dan politik. Bagi investor, memprediksi pergerakan pasar bisa menjadi tugas yang sulit dan menakutkan. Namun, ada beberapa teori dan pola yang muncul dari waktu ke waktu yang dapat digunakan untuk membuat keputusan investasi yang lebih tepat.

Salah satu teori tersebut adalah siklus Benner, yang merupakan pola yang telah diamati di pasar saham selama 100 tahun terakhir. Menurut teori ini, pasar saham bergerak dalam pola empat fase yang dapat diprediksi, masing-masing berlangsung sekitar 10 tahun. Fase-fase tersebut meliputi Fase Kemakmuran, Fase Inflasi, Fase Resesi, dan Fase Deflasi.

Banyak investor percaya bahwa kita saat ini berada dalam Fase Resesi dari siklus Benner, yang ditandai dengan penurunan harga dan ketidakpastian ekonomi. Namun, menurut teori, fase ini biasanya diikuti oleh Fase Deflasi, yang dapat menghadirkan peluang bagi investor untuk membeli saham dengan harga lebih rendah sebelum pasar memasuki Fase Kemakmuran berikutnya.

Tahun ini mungkin sangat menguntungkan bagi investor yang ingin memanfaatkan Fase Deflasi. Menurut siklus Benner, Fase Deflasi saat ini merupakan anomali yang hanya terjadi setiap 100 tahun sekali. Artinya, investor yang membeli saham pada periode ini berpotensi memperoleh keuntungan yang signifikan dalam jangka panjang, karena pasar mulai pulih dan memasuki Fase Kemakmuran berikutnya.

Tentu saja, penting untuk diingat bahwa pasar saham pada dasarnya tidak dapat diprediksi, dan tidak ada teori atau pola yang dapat menjamin kesuksesan. Investor harus selalu melakukan uji tuntas dan meneliti potensi investasi dengan cermat sebelum membuat keputusan apa pun. Namun, bagi mereka yang percaya pada siklus Benner dan potensinya untuk memprediksi pergerakan pasar, tahun ini dapat menghadirkan peluang unik untuk membeli saham dengan harga lebih rendah dan berpotensi menuai hasil yang signifikan di tahun-tahun mendatang.

Samuel Benner The Benner Cycle

Siklus Benner diciptakan oleh Samuel Benner, seorang petani Ohio. Ini awalnya diterbitkan pada tahun 1875 dalam sebuah buku berjudul Benners Prophecies: Future Ups and Down in Prices. Benner bertekad untuk memahami bagaimana siklus pasar bekerja. Dalam bukunya, dia meramalkan harga bisnis dan komoditas selama beberapa ratus tahun. Sebagian besar prediksinya berfokus pada emosi manusia, seperti histeria atau optimisme, yang pada akhirnya berdampak pada pasar. Di bawah ini adalah foto Benner Cycle dari buku aslinya.

Pada tahun 1875, Samuel Benner menerbitkan sebuah buku berjudul "Benner's Prophecies of Future Ups and Downs in Prices," yang membuat prakiraan harga komoditas untuk periode antara tahun 1876 hingga 1904. Meskipun tidak semua ramalannya akurat, banyak di antaranya yang secara mengejutkan mendekati kenyataan.

Siklus Benner adalah model yang dikembangkan Benner untuk memprediksi naik turunnya pasar saham. Ini terdiri dari tiga garis: A, B, dan C. Garis A mewakili tahun-tahun kepanikan pasar, yang terjadi dalam siklus 54 tahun yang bergantian setiap 18, 20, dan 16 tahun. Garis B mewakili tahun-tahun yang baik dan harga tinggi, yang bergantian setiap 8, 9, dan 10 tahun. Ini adalah waktu untuk menjual saham dan aset lainnya. Garis C mewakili tahun-tahun masa sulit dan harga rendah, yang merupakan waktu terbaik untuk membeli saham dan aset lain yang akan meningkat nilainya saat pasar membaik. Siklus harga pig iron mengikuti siklus 27 tahun, dengan harga terendah setiap 7, 11, dan 9 tahun, dan puncaknya dalam urutan 8, 9, dan 10 tahun.

Seperti yang Anda lihat di atas, ada tiga penunjuk di sebelah kiri. Ini menunjukkan tiga fase siklus pasar, yang didefinisikan sebagai berikut:

  • Panic (Point A): Di tahun-tahun ini, pasar sedang panik. Investor membeli atau menjual aset tanpa pemikiran dan pertimbangan aktif. Akibatnya, harga akan memuncak dan jatuh secara ekstrem, yang hanya akan semakin memicu kepanikan.
  • Good Times (Point B): Harga tinggi dialami selama tahun-tahun ini. Oleh karena itu, ini saat yang tepat untuk menjual investasi untuk mendapatkan keuntungan.
  • Masa Sulit (Titik C): Resesi, bahkan mungkin depresi, dialami selama tahun-tahun ini. Pasar rendah, yang berarti harga juga rendah. Saat ini, membeli aset dan menyimpannya hingga ledakan ekonomi berikutnya adalah hal yang ideal.

Proyeksi siklus Benner ternyata sejalan dengan analisis terbaru dari "Foundation for the Study of Cycles", yang mengarah ke titik terendah pasar saham utama di AS pada tahun 2023. Analisis siklus Hurst David Hickson juga mendukung hal ini, memproyeksikan titik terendah di bulan Maret. 2023. Martin Armstrong, seorang ekonom terkenal, juga memprediksi harga terendah di pasar pada 11 April 2023.

Siklus Benner telah relevan dalam memprediksi tren pasar selama bertahun-tahun, dan analisis saat ini menunjukkan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun perubahan signifikan di pasar. Investor yang memahami siklus dan dampaknya terhadap pasar mungkin dapat membuat keputusan yang tepat tentang kapan harus membeli atau menjual aset, dan berpotensi mendapatkan keuntungan dari tren tersebut.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Siklus Benner, seperti alat peramalan pasar lainnya, tidak mudah. Masa depan pada dasarnya tidak dapat diprediksi, dan banyak faktor yang dapat memengaruhi tren pasar. Dengan demikian, investor harus menggunakan Siklus Benner sebagai panduan daripada Injil, dan selalu mempertimbangkan faktor lain seperti peristiwa politik, indikator ekonomi, dan berita khusus perusahaan saat membuat keputusan investasi.

Sebagai kesimpulan, karya Samuel Benner tentang Siklus Benner memiliki dampak yang bertahan lama pada cara investor memprediksi dan memahami tren pasar. Analisis proyeksi siklusnya menunjukkan bahwa 2023 akan menjadi tahun perubahan signifikan di pasar, dan investor yang memahami siklus dan dampaknya terhadap pasar mungkin dapat membuat keputusan yang tepat tentang kapan harus membeli atau menjual aset. Namun, penting untuk diingat bahwa masa depan tidak dapat diprediksi, dan investor harus selalu mempertimbangkan berbagai faktor saat membuat keputusan investasi.

Post a Comment

Post a Comment