Gy3ZRPV8SYZ53gDjSFGpi7ej1KCaPY791pMbjB9m
Bookmark

Umar bin Khattab | Biografi, Kisah, dan Kata Mutiara

Biografi Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu (RA)

Umar bin Khattab (RA) merupakan pemimpin yang berbeda dengan pendahulunya Abu Bakar (RA) yang menjabat sebagai khalifah pertama dari Khalifah yang Dibimbing dengan Benar atau Kekhalifahan Rasyidin . Seorang pria yang jauh lebih muda, lahir pada tahun 583 di Mekah, dialah yang pertama kali dipilih oleh Dewan Madinah untuk menggantikan Nabi Muhammad sebagai khalifah Islam pada tahun 632. Pada akhirnya, karena para tetua dihormati dalam Islam, Umar meyakinkan dewan tersebut untuk memilih orang yang lebih senior yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq. 
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang disucikan serta seluruh pengikutnya sampai hari kiamat.

Kehidupan Al Faruq Umar bin Al-Khattab (RA) merupakan halaman sejarah Islam yang cemerlang, yang mengungguli dan menggantikan semua sejarah lainnya.

Biografi sang pembeda dimana kisah hidupnya yang berisi akhlak mulia, kemuliaan, keikhlasan, jihad, dan menyeru sesama di jalan Allah.

al Faruq berasal dari marga atau bani Adi Quraisy. Itu adalah salah satu dari sepuluh klan Quraisy yang mendiami Mekah.

Nama lengkapnya adalah Umar bin Al-Khattab bin Nufayl bin Abdul-Uzza. Ia dikenal sebagai Abu Hafs dan mendapat julukan Al Faruq (Sang Pembeda) karena ia menunjukkan keislamannya secara terbuka di Makkah dan melaluinya Allah mentakdirkan dirinya untuk membedakan antara kekafiran dan keimanan.

Tanggal pasti lahirnya Umar (RA) tidak diketahui. Namun pendapat yang disepakati adalah bahwa Umar lahir di Mekah sekitar tahun 583 M setelah tahun gajah. Ia lebih muda sekitar 13 tahun dari Nabi Muhammad SAW.

Ayahnya adalah Al-Khattab ibn Nufayl, dan kakeknya Nufayl. Ibunya adalah Hantamah binti Hashim bin Al Mugheerah.
Kakek Umar, Nufayl, menjadi penengah dalam perselisihan antara Abdul Muttalib dan Harab bin Umayyah mengenai hak asuh Ka'bah. Nufayl memberikan keputusannya untuk mendukung Abdul Muthalib. 

Kehidupan Umar bin Al-Khatta (RA) pra Islam

Umar menghabiskan separuh hidupnya di masyarakat pra-Islam (Jahiliyah), dan tumbuh seperti rekan-rekan Quraisy lainnya, hanya saja dia mempunyai kelebihan dibandingkan sahabatnya yang lain karena dia termasuk orang yang suka belajar membaca.

Umar bin Al-Khattab (RA) memikul tanggung jawab pada usia dini, dan memiliki pendidikan yang sangat keras di mana dia tidak mengenal kemewahan atas manifestasi kekayaan Ayahnya.

Ayahnya Al-Khattab memaksanya untuk menggembalakan untanya. Perlakuan kasar ayahnya membawa dampak buruk bagi Umar yang dikenangnya sepanjang hidupnya.
Umar bin Khattab | Biografi, Kisah, dan Sejarah

Nasab Umar bin Khatab (RA)

Sahabat ‘Umar bernama lengkap ’Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdil Uzza bin Ribaah bin Abdullah bin Qarth bin Razaah bin Adiy bin Kaab bin Luai al-Qursyi al-‘Adwi julukannya cukup banyak, diantaranya Abu Hafsin.

Ibunya adalah Hantamah binti Hasyim bin Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Mahzum dan ia (Hatamah) adalah anak perempuan dari paman Abu Jahal. Nasab sukunya nyambung ke Suku ‘Adi bin Ka’ab, suku ‘Adnaaniyah dari bangsa Quraisy.

Dulunya suku ‘Adi bi ka’ab adalah suku yang memiliki harta dan keturunan yang sedikit sehingga tumbuhlah tekat dari suku ini untuk menutupi kekurangan itu dengan jalan menganjurkan para lelaki golongan mereka untuk banyak menikahi para perempuan dalam rangka memperbanyak keturunan.

Selanjutnya untuk mengurangi sedikitnya harta, suku ini pun banyak melakukan studi diberbagai bidang keahlian ilmu seperti keahlian dalam membaca, menulis, pengembangan pengetahuan akan perekonomian.

Tidak ayal lagi dengan segala usaha yang telah tempuh mereka tampak semakin luas ilmu pengetahuan hingga akhirnya mereka menjadi suatu suku dalam bangsa Quraisy yang terpandang mulia, megah dan berkedudukan tinggi.

Suku ini juga terkenal para pemudanya yang memiliki kehebatan dalam bersya’ir lagi nan fashihnya. Nasab ‘Umar bertemu dengan Nabi Muhammad SAW pada nasab yang kedelapan yaitu ‘Ady sedangkan ‘Ady sendiri adalah kakek ke delapan dari ‘Umar dan ia adalah saudara Murroh kakek Nabi yang kedelapan.

Masa Muda al Faruq

Terkumpul pada diri ‘Umar beberapa karakter yakni keras kepala (kukuh pendirian), keras dalam berkemauan, ilmu, kekuatan karena hal ini tidak lepas dari pengaruh orang tua (ayah) yang mendidiknya dengan keras.

Umar kecil telah terbiasa dengan kehidupan yang serba sempit, sedikit harta. Sehingga tumbuhlah ‘Umar sebagai sosok pemuda yang gigih, keras kepala (berpendirian kuat) dan dua sifat ini telah menjadi karakternya.

Sejak masa mudanya al Faruq juga unggul dalam berbagai jenis olahraga seperti gulat, berkuda, dan menunggang kuda.

Umar menikmati sastra dan menarasikan puisi sezamannya, dan dia tertarik dengan sejarah dan urusan bangsanya.

Beliau sangat antusias untuk menghadiri pekan raya besar bangsa Arab seperti Ukaz, Mijannah dan Dhu al-Majaz, dimana beliau akan memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya untuk terlibat dalam perdagangan dan mempelajari sejarah bangsa Arab.

Selain itu, ia terlibat dalam perdagangan dan selalu mendapat untung, yang menjadikannya salah satu orang kaya di Makkah.

Dia berkenalan dengan banyak orang di negara-negara yang ia kunjungi untuk tujuan perdagangan. Dia melakukan perjalanan ke Suriah pada musim panas dan Yaman pada musim dingin.

Dengan demikian, ia menduduki posisi penting dalam masyarakat Makkah pada era pra-Islam.
Umar (RA) adalah orang yang bijaksana, fasih, pandai berbicara, kuat, toleran, mulia, persuasif dan jernih dalam berbicara, yang membuatnya memenuhi syarat untuk menjadi duta Quraisy, untuk membela mereka di hadapan suku-suku lainnya.
Umar bin Khattab (RA) 13 tahun lebih muda dari Muhammad (SAW). Jadi, ketika Kenabian diberikan kepada Muhammad (SAW), Umar ibn Khattab baru berusia 27 tahun. Meskipun dia masih muda tapi dia ditakuti. Dia dikenal sebagai duta Quraisy.

Ibnu Al-Jawzi berkata:

“Peran duta besar jatuh ke tangan Umar bin Al-Khattab. Jika terjadi perang antara suku Quraisy dengan suku lain, maka mereka akan mengirimnya sebagai duta, dan jika ada suku lain yang menyombongkan diri terhadap mereka, maka mereka akan mengirimnya untuk membalasnya, dan mereka pun ridha terhadapnya.”

Sebelum masuk Islam, Umar (RA) menentang Islam bahkan mengancam akan membunuh Nabi Muhammad (SAW). Dia gigih dan kejam dalam menentang Rasulullah (SAW) dan sangat menonjol dalam menganiaya umat Islam.

Umar hidup pada masa pra-Islam dan mengetahuinya luar dalam. Dia mengetahui sifat aslinya, adat istiadat dan tradisinya, dan dia mempertahankannya dengan segenap kekuatan yang dimilikinya.

Oleh karena itu, ketika dia masuk Islam, dia memahami keindahan dan hakikatnya, dan dia mengenali perbedaan besar antara petunjuk dan kesesatan, kekafiran dan iman, kebenaran dan kepalsuan, dan dia mengucapkan kata-kata terkenalnya:

“Ikatan Islam akan terputus satu demi satu ketika akan ada generasi yang dibesarkan dalam Islam yang tidak mengetahui apa itu kebodohan.”

 Kisah Umar bin Khattab (RA) masuk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bin Khattab bereaksi sangat antipati terhadapnya.

Beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui.

 Umar (RA) juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

Jalaluddin as-Suyuthi dalam Tarikh al-Kulafa (1988) menceritakan, Umar bin Khattab, sebelum memeluk Islam, dikenal sebagai tokoh yang sangat menentang ajaran Nabi Muhammad saw. Perubahan signifikan dalam hidupnya terjadi pada tahun keenam kenabian, ketika Umar menginjak usia 27 tahun.

Ketika sekelompok kecil Muslim bermigrasi ke Abyssinia, Umar (RA) menjadi khawatir tentang masa depan persatuan Quraisy dan memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad (SAW).

Dalam perjalanannya untuk membunuh Nabi (SAW), Umar bertemu dengan sahabatnya Nuaim bin Abdullah (RA) yang diam-diam telah masuk Islam tetapi tidak memberi tahu Umar.

Nuaim bin Abdullah (RA) menyuruh Umar (RA) untuk menanyakan tentang keadaan rumahnya sendiri dimana saudara perempuannya Fatimah binti Khattab dan suaminya telah masuk Islam.

Sang Pembeda merespons kabar tersebut dengan amarah dan kesal sambil pulang menuju rumahnya. Sesampainya di rumahnya, Umar menemukan saudara perempuan dan iparnya Saeed bin Zaid (RA) sedang membaca ayat-ayat Al-Quran dari Surah Taha (Surat ke-20 Al-Quran).
Umar bin Khattab (RA) memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Al Faruq mulai bertengkar dengan saudara iparnya. Ketika saudara perempuannya datang untuk menyelamatkan suaminya, dia juga mulai bertengkar dengannya.

Namun mereka tetap kuat dalam iman dan berkata: “kamu boleh membunuh kami tetapi kami tidak akan meninggalkan Islam”.

Mendengar kata-kata tersebut, Umar menampar adiknya dengan keras hingga dia terjatuh ke tanah dan mengeluarkan darah dari mulutnya.

Ketika dia melihat apa yang dia lakukan terhadap saudara perempuannya, dia menjadi tenang karena rasa bersalah dan meminta saudara perempuannya untuk memberikan kepadanya apa yang dia baca. 

Adiknya menjawab secara nada negatif dan berkata, "Kamu najis, dan tidak ada orang najis yang boleh menyentuh Kitab Suci."

Mendengar respon adiknya, lalu al Faruq pun bersuci, setelah itu lalu membaca ayat-ayat tersebut, dan al Faruq pun merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hatinya.

Tergerak oleh pengalaman magis itu, Umar (RA) mengambil lembaran tersebut dan memutuskan untuk menemui Nabi Muhammad saw. di rumah al-Arqam, rumah seseorang yang dijadikan sebagai tempat Rasulullah berdakwah.
Dengan masuknya Umar kedalam Islam, maka terjawablah doa Nabi yang meminta agar Islam dikuatkan dengan salah satu dari dua Umar (Umar bin Khattab atau Amr bin Hisyam “nama asli dari Abu Jahal”) dan sebagai suatu anugrah dan kemenangan yang nyata bagi Islam.
Kedatangan Umar sontak membuat para sahabat yang berada di dalam rumah ketakutan. Namun, Nabi Muhammad saw. menerima kedatangan Umar dengan tenang. Dengan sikap yang bijak, Rasulullah mampu meredakan amarah Umar ibn Khattab.

Pada momen itu, Nabi Muhammad saw. menyarankan Umar untuk memeluk Islam. Umar pun langsung menyatakan keislamannya dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Abdullah bin Masud (RA) berkata:

“Kami merasa bangga ketika Umar masuk Islam, karena kami tidak bisa mengelilingi Masjidil Haram dan shalat, sampai Umar menjadi Islam. Ketika dia masuk Islam, dia melawan mereka sampai mereka membebaskan kami. Lalu kami shalat dan mengelilingi Ka’bah. "

Dia juga berkata:

“Masuknya Umar ke dalam Islam adalah suatu kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kekhalifahannya adalah rahmat. Kami tidak dapat shalat atau mengelilingi Baitullah hingga Umar menjadi Muslim. kita berdoa."
Umar masuk Islam pada tahun 616 M, satu tahun setelah Hijrah ke Abyssinia, ketika ia berumur dua puluh tujuh tahun. Dia menerima Islam tiga hari setelah Hamzah (RA), paman Nabi menyatakan keislamannya. Saat itu jumlah umat Islam berjumlah tiga puluh sembilan orang.
Umar RA berkata:

Saya ingat ketika saya masuk Islam, hanya ada 39 orang yang bersama Rasulullah (SAW), dan saya jadikan jumlahnya menjadi 40.”

Kata Mutiara Umar bin Khattab (RA)

  1. Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
  2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
  4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
  5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
  7. Ya Allah, saya ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku! Ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya kekuatan! Ya Allah, saya ini kikir, jadikanlah saya orang dermawan.
  8. Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.
  9. Sendirian berarti menghindari pergaulan yang buruk. Tapi memiliki teman sejati lebih baik daripada sendirian.
  10. Janganlah kamu berburuk sangka dari kata-kata tidak baik yang keluar dari mulut saudaramu, sementara kamu masih bisa menemukan makna lain yang lebih baik.
  11. Jagalah salatmu. Karena saat kamu kehilangan salat, maka kamu akan kehilangan segalanya.
  12. Barangsiapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki pula oleh Allah pada apa yang nyata di wajahnya.
  13. Umar berkata, “Suatu negeri akan hancur meskipun dia makmur”. Mereka bertanya, “bagaimana suatu negeri bisa hancur padahal dia makmur?” Ia menjawab, “Jika pengkhianat menjadi petinggi dan harta dikuasai orang-orang fasik”.
  14. Jangan berlebihan dalam mencintai sehingga menjadi keterikatan, jangan pula berlebihan dalam membenci sehingga membawa kebinasaan.
  15. Perbanyaklah mengingat Allah, karena itu adalah obat. Janganlah buat dirimu terlalu banyak mengingat manusia, karena itu adalah penyakit.
  16. Biasakan diri dengan hidup susah, karena kesenangan tidak akan kekal selamanya.
  17. Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.
  18. Aku tidak peduli atas keadaan susah dan senangku, karena aku tidak tahu manakah di antara keduanya itu yang lebih baik bagiku.
  19. Duduklah bersama mereka yang mencintai Tuhan karena itu mencerahkan pikiran.
  20. Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah akan datangnya hari besar ditampakkannya amal.
  21. Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mencari kemuliaan dengan selainnya.
  22. Duduklah dengan orang-orang yang bertaubat, sesungguhnya mereka menjadikan segala sesuatu lebih berfaedah.
  23. Didiklah anak-anakmu itu berlainan dengan keadaan kamu sekarang karena mereka telah dijadikan Tuhan untuk zaman yang bukan zaman engkau.
  24. Harta Yang Paling Berharga Adalah Qona'ah.
  25. Manusia yang berakal adalah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat.
  26. Keyakinan adalah di mana seharusnya tidak ada perbedaan antara perbuatan, perkataan, dan apa yang kamu pikirkan.
  27. Jangan tertipu oleh orang yang membacakan Alquran. Tapi lihatlah kepada mereka yang bertindak sesuai dengan Alquran itu.
Post a Comment

Post a Comment